“Api dari biogas ini bisa digunakan untuk memasak. Kalau ini diterapkan di lingkungan masyarakat umum, maka pengeluaran bahan bakar masyarakat pemilik ternak di pedesaan akan jauh berkurang,” jelas seorang mahasiswi yang tengah berpraktik di EGP.
Tak hanya menampilkan berbagai jenis satwa dan tanaman, pengunjung EGP juga diajak untuk bermain ketangkasan menembak di alam liar. Pengunjung diajak berkeliling naik mobil bak terbuka dan masing-masing disediakan pistol elektrik. Digambarkan, di dalam perjalanan keliling masuk “hutan” tersebut, pengunjung seolah-olah menjadi petugas penjaga hutan yang sedang melakukan patroli untuk mengamankan hutan dari pembalakan liar.
Sambil mobil berjalan, dari balik rerimbunan muncul boneka seukuran manusia lengkap dengan senjata yang digambarkan sebagai pembalak liar. Saat itulah para pengunjung harus segera menembak bagian tubuh “pembalak” tersebut. Jika tepat [ada sasaran, maka tubuh “pembalak” liar itu akan roboh.
Tak cuma itu, pelajar SD dan SMP yang datang secara rombongan akan mendapatkan “pelatihan” cara mengolah sampah menjadi kompos secara cuma-cuma. “Kami juga menyediakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang bisa diisi,” papar Lilia.
Eco Green juga memiliki lokasi bernama Desain Center. Di dalam gedung ini terdapat berbagai penjelasan dan gambar tentang alam, eksploitasi alam, sampai jika musibah alam datang. Dengan sebuah peranti khusus, pijakan pengunjung pun bisa bergerak sesuai kekuatan gempa dari 3 sampai 8 skala Richter.
Museum Tubuh: Ada Organ Tubuh Raksasa!
Museum yang satu ini tidak seperti museum pada umumnya yang menyimpan benda purbakala. Koleksi Museum Tubuh (MT) ini adalah organ-organ tubuh manusia yang ditampilkan dalam bentuk visual 3 dimensi. Bahkan, sebagian organ berukuran “raksasa” sehingga pengunjung bisa masuk dan berjalan-jalan di dalam “organ” manusia tersebut.
MT bisa menjadi tempat belajar yang menarik bagi siswa mulai TK sampai SMA. “Tujuan didirikannya MT ini adalah karena selama ini manusia tidak pernah memikirkan bagaimana bentuk dan cara kerja organ tubuh sehingga kita bisa hidup dan melakukan aktivitas. Organ tubuh itu ibaratnya melebihi kerja sebuah pabrik yang terus bekerja, tak berhenti. Dengan mengetahui masing-masing organ, diharapkan kita bisa menjaganya dengan baik agar tetap sehat,” kata Rina Sari, Manager Operasional MT.
MT terdiri dari 16 wahana. Wahana pertama membahas soal gigi sampai soal ginjal dan pencernaan. Begitu masuk di ruang ber- AC dan nyaman itu, pengunjung akan disambut oleh seorang guide yang menunjukkan struktur sekaligus contoh gigi dalam 3 dimensi. Di sini tak hanya mendengar, tetapi bisa langsung menanyakan kepada guide. “Sekitar 80 persen guide yang ada di MT tamatan D3 Kesehatan serta Kebidanan, termasuk seorang dokter, sehingga mereka bisa menjelaskan fungsi organ tubuh dengan baik,” jelas Rina.
Agar pengunjung lebih menjiwai dan memahami setiap organ tubuh, MT sengaja menata setiap ruangan dengan lebih hidup. Setelah mendapat penjelasaan soal gigi, pengunjung akan memasuki ruangan yang mampu menampung sekitar 25 orang. Ruangan itu didesain menyerupai organ mulut. Seperti di ruangan sebelumnya, di dalam “mulut” juga terdapat seorang guide yang akan menjelaskan berbagai hal tentang alat pengecap manusia tersebut.
Dengan pencahayaan yang remang-remang, sang guide menyalakan lampu untuk menyinari beberapa sisi lidah yang masing-masing memiliki sifat rasa yang berbeda-beda. Baru kemudian pengunjung akan dibawa masuk ke dalam lorong-lorong organ manusia lainnya, seperti telinga, hati, ginjal, mata dan lainnya.
Dari satu wahana ke wahana lain terdapat ruangan dokter gigi lengkap dengan perangkat pendukung lainnya seperti meja kursi pemeriksaan dokter gigi. Di ruangan ini, pengunjung bisa memanfaatkan waktu untuk berfoto bergaya layaknya seorang dokter gigi beserta pasiennya.
Masih belum cukup, begitu keluar dari wahana, para pengunjung akan mendapat fasilitas pemeriksaan kesehatan secara cuma-cuma, mulai pemeriksaan jenis golongan darah, kolesterol, asam urat sampai osteoporosis. Seru, kan?
Gandhi Wasono M / NOVA
KOMENTAR