Wisatawan yang terus membanjiri kota Yogyakarta membuat jumlah wisatawan dan tempat penginapan tidak imbang. Karena itulah, pertumbuhan hotel di Yogyakarta saat ini ibarat cendawan di musim hujan, menjamur seperti tak terkendali, belum lagi rumah-rumah pribadi yang dijadikan vila dan guest house.
Peluang bisnis yang terakhir itu ditangkap Agung sejak tahun 2010. Karena itu, berbekal pengalaman mengembangkan jaringan bisnis laundry kiloan lewat Simply Fresh Laundry, ia pun berekspansi dengan membuat manajemen baru dengan brand Simply Homy (SH).
Lewat SH, Agung menawarkan kerja sama pengelolaan sewa rumah harian. Ada keuntungan yang ditawarkan pada pemilik rumah yang biasanya memiliki rumah lebih dari satu dan tidak saban hari dihuni. Begitu pun kepada calon konsumen/penyewa rumah bertarif harian, ditawarkan kenyamanan dan lebih murah dibanding hotel berbintang. “Kami sediakan fasilitasnya mirip bintang tiga,” terang Agung.
Alasan Agung berekspansi, selain karena ada peluang, juga berangkat dari keprihatinannya melihat banyak wisatawan yang terpaksa harus bermalam di masjid-masjid atau emperan karena tak kebagian kamar hotel. Tahun 2010, Agung dan tim manajemennya mulai bergerak. “Awalnya kami memesan 4 bangunan rumah kepada pengembang. Janjinya 6 bulan selesai, ternyata hingga 3 tahun tidak kunjung terwujud,” terangnya.
Selama masa penantian, Agung melihat banyak rumah kosong. “Dari sana kami tergelitik menawarkan pemilik rumah untuk bergabung dengan Simply Homy. Rumah-rumah itu kami pasarkan dengan sistem sewa harian. Ternyata banyak peminatnya. Dan ketika rumah yang kami pesan jadi, kami putuskan dijual saja. Sekarang kami hanya mengelola rumah-rumah “nganggur” milik orang dan manajemennya kami kelola full. Intinya sama, bisnis kemitraan. Sekarang tak cuma di Yogya, melainkan juga di Bandung. Total ada 25 rumah,” tambahnya.
Terima Beres
Agung memberi gambaran keuntungan dari bisnis sewa rumah harian. Bagi pemilik rumah ini sungguh menjanjikan dibanding bila rumah itu dibiarkan kosong dan terus-menerus mengeluarkan dana untuk perawatan. “Bisnis ini sangat cocok untuk orang yang ingin asetnya naik terus. Sementara penyewanya juga untung, karena bila datang berombongan, bisa masuk dalam satu rumah yang fasilitasnya komplet.”
Harga sewa rumah yang ditawarkan per hari mulai Rp800.000 hingga Rp1 juta. “Tergantung lokasi dan kondisi rumah. Misalnya apakah lokasinya strategis, usia bangunan, dan kelengkapan fasilitas. Soalnya si calon penyewa kan juga memilih yang mana yang dia suka.”
Rumah di pinggir jalan lebih diminati Agung lantaran bisa sekalian untuk branding SH. “Bagi penyewa ini juga jadi pilihan. Lebih-lebih kalau lingkungannya dekat dengan berbagai fasilitas umum. Misalnya mal, kampus, masjid, mini market atau lainnya,” terang Agung. Rumah-rumah yang dikelola Simply Homy, masih kata Agung, disewakan dengan konsep rumah syar’i. “Kami mengincar tamu-tamu keluarga yang akan ada acara wisuda atau menghadiri pernikahan. Karena itu rumah yang lokasinya dekat kampus selalu laris.”
Seperti umumnya orang menginap, Simply Homy juga menyediakan sarapan di pagi hari. Jumlahnya disesuaikan dengan jumlah kamar. Bagaimana dengan pemilik rumah yang hendak bergabung? Biasanya manajemen Simply Homy akan melakukan survei lebih dulu, strategis atau tidak. Ukuran yang paling baik adalah di dalam kawasan ring road. Tetapi ada beberapa lokasi di wilayah utara ring road dan jalan Kaliurang yang kini berkembang pesat pun bisa dikatakan strategis.
“Dekat kampus itu paling bagus. Sebab acara wisuda dalam setahun bisa beberapa kali. Atau keluarga-keluarga yang hendak menghadiri acara pernikahan, atau liburan. Incaran kami tamu yang datang ombongan,” katanya.
Sebagai gambaran, fasilitas yang harus disediakan pemilik rumah antara lain minimal per rumah harus ada 3 kamar, 2 kamar mandi, ada ruang publik, dapur dan peralatan masak, kulkas, dan 1 kamar untuk buttler atau penjaga rumah. Kamar mandi harus ada fasilitas water heater. Dengan fasilitas 3 kamar dan ada ruang publik, paling tidak rumah bisa dihuni maksimal 15 orang. “Biasanya penyewa sukanya ramai-ramai, tidak peduli tidur di karpet atau ranjang tambahan.”
KOMENTAR