Ketika memulai membuat kerudung di awal 2008, Nines Widosari, ST belum terpikir untuk membuat kerudung khusus anak-anak. Kegiatan itu pun, dilakukannya sekadar mengisi waktu saat ditinggal suami, Agus Widodo, yang dapat beasiswa kuliah di ITB, Bandung. "Daripada tak ada pekerjaan, saya bikin kerudung selama tinggal di orang tua, di Gresik. Saya juga buka sanggar lukis untuk anak-anak," ujarnya saat berbincang khusus hanya dengan tabloidnova.com.
Belakangan, Nines banting setir, mengkhususkan diri memproduksi kerudung anak. Selain minimnya kerudung unik buat anak di pasaran, Nines juga ingin mendandani Refa, putri semata wayangnya, dengan jilbab yang cantik. "Sekalian melatih anak berkerudung tanpa harus menambah beban anak karena pakai kerudung memang tidak wajib hukumnya bagi mereka. Makanya harus dibuat senyaman mungkin supaya anak juga tak merasa gerah," paparnya.
Akhirnya, ia berkreasi membuat kerudung anak bertema binatang dengan warna-warni atraktif. dari situ, berkembang menjadi kerudung anak dengan desain hewan seperti kodok, lebah, kelinci, bebek, sapi, kupu, sampai tokoh princess.
Kreasi Nines segera mencuri perhatian anak. "Ada yang sampai menangis karena ingin segera dibelikan kerudung yang saya buat," katanya. Sayangnya, ia mengalami kendala memperoleh material berkualitas baik di Gresik. "Produksi awal memang kualitasnya sangat sederhana karena sulit dapat bahan yang bagus dan murah."
Alkisah, beberapa bulan setelah sang suami berangkat ke Bandung, Nines menyusul. Kepindahan ini rupanya memberi berkah karena ia bisa mendapatkan bahan kerudung dengan kualitas lebih baik dan harga relatif murah. "Saya pakai bahan kaos kualitas super yang menyerap keringat dan nyaman dipakai anak-anak." Produksi pun mulai ditingkatkan dan diberi merek Refanes, gabungan nama Refa dan Nines.
Meski awalnya tertatih-tatih, kini usaha Nines mulai membuahkan hasil. Setidaknya, ia sudah mampu menambah mesin jahit, mengontrak dua rumah untuk tempat produksi, dan menggaji beberapa orang pegawai.
Setiap pekan, kata Nines saat ditemui tabloidnova.com, ia harus menyelesaikan 6 ribu - 7 ribu buah kerudung. Belum termasuk baju muslim anak sebanyak 1.500-2.000 potong per minggu. "Produksi baju muslim memang masih terbatas karena kendala keterbatasan mesin dan tenaga kerja. Padahal, permintaan naik terus," kata Nines.
Sejumlah agen dan distributor, dibagi Nines dalam empat wilayah besar. "Agennya ada ratusan di seluruh Indonesia, tapi kami sangat menjaga persaingan antaragen." Ia pun belum mau berjualan secara online meski sudah membangun beberapa situs seperti www.refanes.wordpress.com, www.refanes.net, dan www.refanes.com. "Kasihan agen-agen kalau saya jualan lewat internet," katanya.
Sita Dewi / bersambung
Rilis Inclusivision Project, Honda Beri Wadah Teman Color Blind Ekspresikan Diri
KOMENTAR