Ada cara lain membuat perhiasan atau aksesoris. Bahannya dari silver clay yang mudah dibentuk sesuai selera kita. Dua kali pertemuan kursus, dijamin mahir. Atau mau membuat gerobak bakso? Bisa juga!Pernahkah terpikir membuat perhiasan sendiri dari perak? Kini aksesori dan perhiasan perak bisa didesain dan dibuat sendiri sesuai keinginan. Bahan baku perak berupa clay dan alat-alatnya, tersedia di pasaran. Bila belum tahu cara membuatnya bisa kursus.Salah satunya, di tempat Dwi Wulandari Kosaku (33). Perempuan yang menikah dengan pria Jepang ini berkenalan dengan silver clay kala tengah jalan-jalan ke mal di Nagoya, Jepang. "Saya tertarik aneka perhiasan dari silver clay di sebuah toko. Penjajanya bilang, bisa belajar. Hari itu juga saya ikut kursus kilat dan langsung bisa membuat cincin."Dari penasaran, akhirnya Wulan jadi serius mempelajarinya. Bahkan sampai dapat sertifikat. "Tiap liburan ke Indonesia, saya ajari adik saya." Sang adik, Dian Andammari, jatuh hati pula pada kerajinan ini.Belakangan, kakak-beradik ini memberanikan diri membuka kursus di Depok, tempat Dian bermukim. "Bahan baku dan alat-alat saya sediakan. Semua saya bawa dari Jepang. Biaya kursus jadi lebih murah karena bahan bakunya enggak pakai ongkos kirim."Di Jepang, cerita Wulan, silver clay dijual dalam bungkus kecil seberat 200 gram. Wujudnya mirip tanah liat berwarna abu-abu. "Kandungannya 99,9 persen perak asli yang lunak. Karena itu mudah dibentuk. Setelah melalui pembakaran dengan suhu 780 derajat dan melalui proses penggosokan, silver clay bisa tampil kinclong seperti emas putih," jelasnya.
nova.id
Bekal Keterampilan Untuk Tambah Penghasilan 1
"Berbagai miniatur seperti gerobak dan buah-buahan jadi salah satu andalan Felina. (Foto: Daniel Supriyono/NOVA) "
Bahan MahalTak hanya perhiasan, kata Wulan, yang bisa dibuat dari silver clay. "Bisa juga dibuat bunga atau yang lainnya, lalu dipadukan dengan batuan Swarovski atau manik-manik untuk membuat anting-anting, bros atau kalung. Seperti itulah yang saya jual di Jepang dan laku. Jadi, maksud saya, ibu-ibu sebaiknya menambah keterampilan lewat kursus agar punya penghasilan tambahan. Untuk pemasarannya bisa sewa toko bareng-bareng."Untuk tempat kursus di Depok, Dian dan Wulan mempromosikan lewat website www.freewebs.com. Saran Wulan, bila hendak kusus silver clay, sebaiknya di rumahnya saja karena alatnya banyak. "Ada alat pembakaran silver segala. Ribet kalau dibawa jauh. Tetapi untuk mengajarkan kerajinan yang lain, saya bersedia datang," ujar perempuan yang biasanya datang ke Indonesia setahun sekali untuk jangka waktu tiga bulan.Sejauh ini, peserta kursus masih dalam taraf coba-coba atau sekadar ingin tahu. "Mungkin terkendala biaya dan bahan baku yang mahal. Sebab, kalaupun sudah menguasai teknik pembuatannya, bahan bakunya tergolong mahal. Satu paket atau 200 gram harganya Rp 190 ribu. Untuk satu bentuk cincin memang tak perlu sampai 200 gram. Sisanya masih bisa digunakan lagi asal sebelum disimpan dengan cara dibasahi dengan air."
Lukisan Kenangan Kerajinan dari clay lainnya, bisa juga ditemui di beberapa tempat. Antara lain, di lantai dasar mal Golden Truly, Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Di gerai Princess Creative House, Felina Agustien (52) alias Lina, si empunya usaha, menjual berbagai kerajinan dari clay. Mulai dari bunga hingga miniatur patung unik seperti ibu memberi ASI, petani membajak sawah, dan orang kerokan. Selain berjualan, Lina juga melayani orang yang ingin kursus. "Biasanya, Sabtu-Minggu ramai. Banyak juga siswa yang sedang ada tugas membuat kerajinan tangan, belajar bikin keterampilan dari clay di sini, " ungkap Lina yang memiliki enam karyawan. Biaya kursus dipatok Rp 25 ribu per jam. Bila mengambil satu paket selama 10 jam, dapat bonus tambahan gratis dua jam. Peserta boleh menentukan sendiri jadwal kursus. Usaha yang sudah dirintisnya sejak 1996 ini, diawali dari kegemarannya membuat aneka keterampilan tangan. "Awalnya, saya tidak terlalu suka kerajinan dari bahan clay Jepang karena mahal. Tapi, anak saya nomor dua, Dela, sangat suka. Saya jadi tertarik," tutur Lina yang berguru pada Kartika. Rini Sulistyati, Henry Ismono
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
4 Cara Menghilangkan Bakteri dan Kuman pada Spons Cuci Piring
KOMENTAR