"Pada tanggal 25 Januari 2009, David sedang berada di Jakarta. Ia seharian pergi dengan saya dan ibunya. Kami pergi sepanjang hari ke mal dan makan. Jadi, tidak mungkin David menuliskan surat tersebut pada hari itu," ungkap Hartanto dalam konferensi pers "Menggugat Vonis Pengadilan Koroner Singapura" di Intiland Tower, Senin, (3/8).
Dalam surat yang diketemukan oleh Ssgt Joe Ng Suan Tek ini, David mengatakan bahwa tidak bahagia dengan kehidupannya. Penyebabnya adalah orang tua yang sering bertengkar karena faktor ekonomi dan adanya tekanan dari guru serta teman-temannya. Namun lagi-lagi, hal ini dibantah oleh ayahanda David.
"Ekonomi kami juga baik. Dari SD kelas I sampai tamat SMU, David bersekolah di sekolah favorit yang cukup mahal biayanya. Selain itu, David juga sangat dekat dengan keluarga, terutama dengan ibunya. Bahkan, kadang-kadang ia tidur dengan ayah dan ibunya kalau lagi pulang ke Jakarta. David juga dekat dengan kakaknya dan tidak pernah bertengkar. Jadi, itu bohong," tegasnya lagi.
Hartono menambahkan bahwa ia mengenal David sebagai sosok yang periang dan tidak pernah melamun. Jika ada waktu senggang, maka saat itu akan digunakan untuk membaca buku atau malah bermain game. Itulah mengapa, ia meyakini bahwa anaknya tersebut tidak mungkin melakukan bunuh diri.
Grace, Shirley
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR