Christovita menjelaskan, banyak kejanggalan kasus ini. "Awalnya banyak saksi yang yakin David dibunuh. Polisi Singapura secara lisan juga mengungkapkan kemungkinan David dibunuh. Namun seiring waktu berjalan, saksi, polisi, bahkan lawyer lokal kita disana seperti menutup mata dengan bukti-bukti yang dikumpulkan tim advokasi," ucap Christovita.
Sementara itu, legal counsel keluarga David, OC Kaligis sangat yakin David dibunuh. "Banyak kejanggalan terjadi di pengadilan coroner Singapura. Saksi-saksi jadi berbalik tidak mendukung kita. Mereka seperti ketakutan mengatakan yang sebenarnya. Salah satunya adalah wanita Iran yang sempat melihat David duduk di jembatan lantai 4 dan 5 di kampusnya. Dia masuk ruang sidang sampai tidak berani menengok kanan kiri. Dia tak bercerita tentang kejadian, tapi menjawab apa yang ditanya. Ini menunjukkan ada intervensi pada saksi," terang Kaligis.
Tim advokasi menunjukkan foto-foto saat David ditemukan. Dari foto tersebut Christovita menunjukkan banyak kejanggalan. "Seperti bercak darah di ruang Prof. Chan Kap Luk. Dari tes DNA, hampir semuanya darah David. Dari lantai 4 tempat David dikatakan loncat bunuh diri, terdapat pagar yang cukup tinggi dimana orang yang sehat pun memerlukan energi yang besar untuk meloncatinya, apalagi David yang ditemukan dengan 36 luka tusukan," urai Christovita.
Kejanggalan lain kata Christovita, bagaimana mungkin Prof Chan yang mengaku diserang David tapi hanya menderita luka kecil di punggungnya. "Pihak keluarga pun tidak pernah melihat tubuh David secara utuh karena sudah dibungkus plastik dan pihak polisi hanya mengijinkan keluarga melihat wajahnya selama dua menit.
Saat menjadi saksi di pengadilan, Prof Chan banyak menjawab lupa dan tidak tahu. "Ini aneh, dia kan profesor, seharusnya punya daya ingat tinggi,' kata Christovita sambil menambahkan, pihak kepolisian melarang keluarga bertemu Prof Chan.
Dengan putusan ini, pihak keluarga akan melakukan beberapa langkah seperti memohon digelar pengadilan coroner baru dengan bukti baru, membawa kasus ini ke mahkamah internasional, serta melakukan strategi lain untuk menekan Singapura agar menegakkan keadilan. "Selain itu kami meminta pemerintah Indonesia untuk membantu kasus ini karena menyangkut anak bangsa yang jenius dan bisa berbuat sesuatu bagi negara," papa Kaligis.
Isna
KOMENTAR