Musibah demi musibah dialami dua anak (alm) Kolonel Ricky. Setelah dua tahun lalu ditinggal sang bunda yang menderita kanker otak, kini giliran ayah mereka pergi selamanya. Meski demikian, Assila terlihat sangat tabah.
Dua tahun silam, Assa, begitu panggilan anak sulung mendiang, juga harus merayakan ultahnya dengan cara tak lazim. Yaitu meniup lilin ultah di rumah sakit. Kala itu, bundanya, Sherly Makadada, tergolek lemah karena penyakit kanker otak. Seakan hanya ingin menunggu anak sulungnya ulang tahun, esok harinya Sherly pergi ke alam baka.
Itu sebabnya, Assa langsung lemah lunglai ketika mendengar kabar ayahnya menjadi salah satu korban kecelakaan heli naas itu. "Rasanya berita itu sulit dipercaya, tapi saya harus berusaha tabah," kata siswa kelas 2 SMP Lentera International School, Jakarta ini.
Terbiasa Ditinggal
Assa memang terkesan amat tabah untuk anak seusianya. Hanya sesekali gadis muda ini menyeka airmatanya ketika jenazah ayahnya perlahan-lahan dimasukkan ke dalam liang kubur di Taman Makam Pahlawan Kalibata (Selasa,9/6). "Saya sudah terbiasa ditinggal pergi orang-orang yang saya cintai. Sebelum Mama, Oma, dan sekarang Papa. Rasanya, kok, nasib Assa enggak beruntung banget, ya? Tapi, mau bagaimana lagi?" katanya dengan nada masgul.
Sementara adiknya, Nugraha Pusaka (11), amat syok saat mendengar ayahnya tewas. Saka sempat membentuk-benturkan kepalanya ke tembok. Itu pula yang dilakukannya saat ibunya meninggal dua tahun silam.
Kepergian sang ayah, memang amat menyakitkan Assa dan Saka. Toh, itu tak membuat kenangan manis sang ayah di benak Assa pudar. "Papa orang baik. Tak hanya pada Assa dan Saka, ke orang lain pun Papa selalu berbuat baik." Salah satu contohnya, sebut Assa, anak-anak pembantu mereka dibiayai sekolah. "Papa juga selalu memikirkan nasib anak buahnya. Juga sering traktir mereka." Bahkan sejam sebelum terbang di hari nahas itu, Ricky sempat menjamu makan teman-temannya.
Selain rajin mengajak anak-anaknya ke gereja, Ricky juga selalu menunggui Assa dan Saka belajar. "Kami juga dimanja. Papa selalu memikirkan kebutuhan kami," kisah Assa lirih.
Setelah sang bunda meninggal, Ricky dipindah ke Pusat Pendidikan Pasukan Khusus Kopassus TNI Batujajar, Bandung. Sementara Assa dan Saka tetap menempati rumah keluarga di kawasan Bintaro bersama Irna Susanti, adik rohani Ricky, dan dua pembantunya. "Biasanya, tiap 3-4 hari, Papa ke Jakarta. Selebihnya, kami telepon-teleponan sehingga rasanya selalu dekat."
Hubungan Assa dan ayahnya, sangat dekat. "Kami bisa bertukar pikiran soal apa saja. Soal pelajaran, sekolah, bahkan masalah Papa. Memang, sih, tak terlalu sering Papa bicara soal pekerjaannya. Mungkin dia tahu, kami punya beban sendiri jadi dia eggak mau menambah beban anak-anaknya," kata Assa yang kelihatan lebih dewasa dari anak-anak seusianya.
Lunasi Gaji Pembantu
KOMENTAR