Kekecewaan nelayan dibayar dengan keluarnya Keputusan Presiden tahun 1990 perihal pembangunan Suramadu. Angin protes sempat mereka embuskan, meski tak sedikit juga warga Jatim yang mendukung tersedianya fasilitas penghubung itu. Hingga terjadilah krisis moneter yang membuat pembangunan jembatan berhenti total. Baru di tahun 2003 Presiden Megawati melanjutkan proyek Suramadu. Dan, kini setelah 5,6 tahun berjalan jembatan impian masyarakat Jatim yang mengeruk dana Rp 4,5 triliun akhirnya terwujud.
Rabu (10/6), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, meresmikan jembatan yang dibangun dengan melibatkan kontraktor dan pekerja dari China itu. Suramadu menjadi ikon baru warga Jatim dan sebagai jembatan terpanjang di Indonesia, yakni mencapai 5,438 kilometer. Harapan pun dipancangkan. Semoga kesejahteraan meningkat bagi masyarakat di kedua pulau yang selama ini tersekat oleh selat Madura.
Ribuan warga datang penuh sukacita menyambut momen bersejarah itu. Mereka seolah tak sabar melintasi jarak yang selama ini hanya bisa ditempuh dengan sarana kapal laut atau kapal feri. Sebetulnya warga harus menunggu tiga hari usai peresmian untuk melintas di atas jembatan. Namun karena tak sabar, petugas akhirnya memperbolehkan para pengendara melintas di sana. Senja itu, perpaduan kilau matahari tenggelam, lampu jembatan yang berpendaran di air laut dan kilatan blitz kamera warga menciptakan simfoni warna nan indah.
Lantas, bagaimana nasib para nelayan Tambak Wedi? Rupanya, warga pangkal jembatan di sisi Surabaya itu pun turut luruh dalam kegembiraan. Kampung mereka menjadi ramai bak lokasi wisata. Di hari Minggu, kanan kiri pintu tol disulap menjadi pasar dadakan yang menjual beraneka makanan dan mainan anak-anak. Para "pelancong" pun berbondong-bondong datang ke pantai, minta diantar berlayar naik perahu sewaan milik nelayan supaya bisa melintas di bawah jembatan.
Ya, ternyata harapan itu masih ada, menggantung di bawah jembatan impian.
GANDHI WASONO M
KOMENTAR