"Semua bermula dari hobi," ujar Marina mengawali perbincangan dengan NOVA. Sekitar tahun 1992, setelah melahirkan anak pertamanya, suami Marina, Philip Wiyadharma, menyuruhnya berhenti bekerja sebagai pegawai kantoran. Sang suami ingin agar Marina lebih fokus mengurus anak. Namun, ketika anaknya sudah agak besar dan bisa mandiri, ia kembali mencari kesibukan untuk mengisi kekosongan waktunya. Ia pun mengajak beberapa teman untuk mengikuti kursus keterampilan paper tole.
Cepat Belajar
Di antara teman-temannya, Marina paling cepat mengerti dan bisa dibilang hanya dia yang mampu mengikuti tahapan kursus yang paling sulit sekalipun. "Selain di tempat kursus, teman-teman belajar juga ke saya. Tidak jarang mereka jadikan rumah saya sebagai tempat belajar kedua. Hingga kemudian saya sadar kalau kebiasaan ini bisa saya jadikan sebuah bisnis," ujar wanita yang sebelumnya bekerja sebagai akuntan. Setelah paper tole, Marina belajar kerajinan lainnya satu persatu, hingga tidak sadar sudah banyak sekali kerajinan yang ia kuasai.
Semakin hari teman-teman yang datang belajar ke rumahnya semakin banyak. Hal ini menyebabkan keluarga -khususnya anak-anak- merasa terganggu dan tidak nyaman. Akhirnya pada tahun 1996, untuk mengembalikan fungsi rumahnya, Marina membuka toko kursus di daerah Pluit.
Disebut toko kursus karena, selain memberikan pelatihan, ia juga menjual bahan baku kerajinan dan hasil kerajinannya. Namun, tidak seperti yang dibayangkan, bisnis ini mandek di tengah jalan. Terlebih saat krisis moneter melanda Indonesia tahun 1999. Ditambah lagi saat itu di Jakarta terjadi kerusuhan besar yang memunculkan isu diskriminasi terhadap warga keturunan, seperti dirinya.
Takut terjadi hal-hal yang tak diinginkan, akhirnya ia dengan berat hati menutup toko kursusnya di Pluit. Tapi, Marina tidak patah semangat. Atas izin suami, Marina membuka kembali usahanya di rumah. "Barulah pada tahun 2005 saya buka toko dengan nama Bizzy Bee; Handycraft Center di daerah Kelapa Gading Permai, Jakut," kata ibu tiga anak ini.
Sesuai dengan namanya, handycraft center (pusat kerajinan), di ruko tiga lantai ini Marina mengajarkan beragam bentuk kerajinan tangan. Yang luar biasa, ia mengajar sendiri sekitar 16 jenis kerajinan yang ada di toko kursusnya. Seperti pergamano, paper tole, egg craft, ukrainian egg, deco book, aluminium antique, servetten, paper quilling, silk painting, ribbon embroidery, beads weaving, making jewelries, tatting lace, book cover, box cover, flannel, dan lain-lain. Selain otodidak, ada juga beberapa dari kerajinannya yang dipelajari dengan mengikuti kursus sebelumnya. "Saya juga membuka kursus knitting dan Deco Book. Tapi karena jadwal saya sudah terlalu penuh, saya alihkan pengajaran kepada guru bantu," kata Marina.
Mayoritas murid Marina adalah perempuan. Setiap minggu ia bisa mengajar lebih dari 20 murid yang terdiri dari anak-anak, remaja dan orang dewasa. Marina tidak menetapkan jadwal masing-masing kursus, tapi ia lebih senang murid-muridnya sendiri yang mengatur jadwal pertemuannya sesuai dengan perjanjian. "Dengan begitu tidak ada murid yang merasa kecewa karena jadwal kursusnya bentrok dengan jadwal sekolah, kerja, atau kegiatan lainnya," terang Marina.
Ester Sondang
KOMENTAR