Hari beranjak sore ketika tiga perempuan muda memasuki gerai Qiu Qiu yang terletak di lantai 2 ITC Kuningan, Jakarta. Tiga pramuniaga berseragam kaos hitam langsung menyambutnya ramah. Satu di antara tiga perempuan langsung sibuk memilih blazer. Tak lama, kedua tangannya sudah menjinjing dua blazer, cokelat muda dan hitam, kemudian menempelkan di tubuhnya secara bergantian. "Bagus yang krem. Cocok dengan bawahan yang Mbak pakai," tutur salah satu pramuniaga yang sepertinya bisa menebak calon pembelinya bingung menentukan pilihan warna. "Tapi yang ini kegedean. Bisa dipermak langsung, kan?" sambut perempuan muda itu kepada Tabloid Nova.
Dialog dan pemandangan seperti itu hampir setiap hari terjadi di Toko Qiu Qiu. Menurut Prita Satyani (35), si pemilik, memberi masukan pada pelanggan atau membantu memadu-madankan warna blazer adalah layanan tambahan gratis di tokonya. "Biasanya saya jadi konsultan gratis buat pelanggan. Tapi saya juga sudah memberi wawasan tambahan pada staf, bagaimana seharusnya melayani pembeli sampai benar-benar memuaskan," jelasnya.
Salah satu pelanggan setia Prita adalah Cha Cha (35). Karyawan biro iklan ini langsung jadi pelanggan tetap sejak tahun 2005. "Waktu itu, saya sekadar lihat-lihat saja. Kebetulan ada yang modelnya bagus, langsung saya beli. Senangnya belanja di sana, ada layanan permaknya. Kebetulan Prita tipe orang yang welcome, enak diajak ngobrol, jadi sampai sekarang hubungan kami dekat. Enggak belanja baju pun, saya suka mampir, sekadar ngobrol."
Jelas saja orang akan selalu ingat toko itu karena Prita juga memasang harga yang unik. Semua blazer dijual dengan harga yang bila angkanya dijumlah, menjadi sembilan. Misalnya, Rp 54 ribu, Rp 36 ribu, Rp 180, dan Rp 225 ribu. Alasannya? "Kebetulan waktu pertama kali dapat tempat di ITC Kuningan ini di B 4 nomor 5. Kalau tak salah, saya lihat toko ini juga di tanggal 9 Januari 2004. Nomor telepon toko ini ujungnya juga 9. Nah, kebetulan-kebetulan itu yang membuat saya yakin, kayaknya tepat kalau diberi nama Qiu Qiu. Jadi, semua serba spontan."
Rini Sulistyati
KOMENTAR