Selama tinggal bersama, menurut beberapa tetangga, Aris sering cek-cok dengan Sugeng maupun istri Sugeng, Wiwik. "Pak Aris katanya sering mengolok-olok Bu Wiwik di depan Pak Sugeng. Akhirnya Bu Wiwik sering pulang ke rumahnya sendiri, di Tambaksari," ungkap Agung, tetangga Aris.
Mabuk Miras
Sebelum Aris ditemukan tewas, Minggu malam Sugeng datang ke rumah itu bersama anak lelakinya yang berusia tujuh tahun. Sugeng datang sekitar pukul 20.00 WIB. Di teras rumah, Aris duduk dalam kondisi mabuk setelah menggelar pesta miras.
Melihat Sugeng masuk ke rumah, Aris menyusul. Di dalam, keduanya cek-cok. Sugeng merasa kesal dan sakit hati, kemudian mencari sesuatu, sedangkan Aris masuk ke kamar sambil mengomel.
Saat menemukan kayu bekas kaki meja, Sugeng menggunakannya untuk memukul kepala kakaknya yang sedang bersandar di atas tempat tidur, sebanyak dua kali. Seusai memukul sang kakak, Sugeng keluar kamar, kemudian mencuci kayu yang berlumuran darah tersebut.
Saat akan mengembalikan kayu ke tempat semula, dan melewati pintu kamar, Sugeng mendengar rintihan Aris yang berusaha berdiri. Melihat hal itu, bukannya menolong, Sugeng malah kembali mengayunkan kayu sebanyak enam kali sehingga Aris tidak bergerak lagi.
"Setelah itu dia kembali mencuci kayu, dan sesudah bersih, diletakkan di depan kamar. Dia kemudian meninggalkan kakaknya, pulang ke rumah keluarga istrinya di Jl Tambaksari," ungkap Wijanarko, tetangga yang lain.
Saat diperiksa polisi Sugeng mengaku menyesal, dan mengatakan bahwa perbuatannya tidak direncanakan. "Dia itu hobinya hanya mabuk dan marah-marah. Saya benar-benar jengkel mendengar omelannya, termasuk mengolok-olok istri saya," kata Sugeng sebagaimana ditirukan polisi yang memeriksanya.
rie/surya
KOMENTAR