Sardan, 38, menunduk lesu saat berada di Mapolsek Rengel, Kabupaten Tuban, Sabtu (25/4) siang. Sehari sebelumnya, pria asal Desa Sumberrejo, Pamotan, Rembang, Jawa Tengah, ini ditangkap polisi dalam kasus dugaan penipuan terhadap sembilan warga dengan modus penggandaan uang.
Mantan anggota sebuah grup ludruk di Jawa Tengah tersebut ditangkap saat bersembunyi di sebuah rumah kontrakan di Desa Pekuwon, Rengel. Dalam pemeriksaan polisi, Sardan yang mengenakan baju tahanan bernomor tiga itu mengakui semua perbuatannya.
Kepada Surya, lelaki lulusan sekolah dasar (SD) di Jawa Tengah ini juga bersedia mengungkapkan semua kejahatan yang dilakukan selama tiga bulan terahir di kawasan Rengel. Saat datang ke Tuban pada awal Januari 2009 lalu, Sardan mengaku diajak salah satu teman.
Saat itu kebetulan ada seorang anak kecil yang sakit. Tanpa persiapan, dia bisa menyembuhkan sakit sang bocah. "Saya pakai baca-bacaan sebisanya tapi nggak tahunya bocah itu sembuh setelah beberapa jam," kata Sardan, di Mapolsek Rengel, Sabtu (25/4).
Sejak saat itu warga di sana yakin bapak tiga anak tersebut memiliki 'ilmu' sehingga mereka kerap memanggil Sardam ketika ada anak yang sakit. Kebetulan pula, sebagian besar anak yang diobati Sardan bisa sembuh.
Sampai kemudian, pada pertengahan Januari, Sardan berkenalan dengan Iswan, 40, warga Desa Magersari, Plumpang, Tuban. "Pak Iswan mengajak saya ke sawahnya. Saat itu saya diminta memberi mantera agar padi yang dipanen bisa terjual dengan harga mahal," akunya.
Ketika itu, Sardan berdandan dengan busana ludruk yang dimilikinya seperti banci kemudian ke sawah dan menari-nari di pinggir sawah sambil membaca mantera-mantera palsu untuk meyakinkan korban. Anehnya, padi yang biasanya setiap panen laku Rp 25 juta, setelah mendapat ritual palsu dari Sardam bisa terjual sampai Rp 32 juta. "Kalau ditanya gimana bisa begitu, ya saya tidak tahu. Wong saya cuma nari-nari dan baca-baca sekedarnya saja," kenang Sardan.
Peristiwa ini membuat Iswan dan sejumlah warga semakin yakin dengan kemampuan Sardan. Di pihak lain, Sardan yang membutuhkan uang untuk biaya hidup di Tuban dan memberi nafkah keluarga di Jawa Tengah kemudian berniat mengeruk uang dari kepercayaan warga.
Dia pun membuat sebuah kelompok jamaah yang diikuti sembilan orang pengikut, termasuk Iswan. Setiap hari mereka berkumpul di rumah kontrakan Sardan untuk melaksanakan ritual di mana Sardan mengenakan baju ludruk mengajak para pengikutnya menari dan membaca mantra karangannya serta menyembah kotak kayu berisi batu berbungkus kain mori.
Beberapa pekan kemudian Sardan meminta uang kepada para pengikutnya, dengan dalih jika mereka benar-benar ikhlas maka uang akan bertambah banyak. Selain itu, Sardan juga terus meyakinkan mereka bahwa dirinya dekat dengan Ratu Kidul, dan setiap kali melaksanakan ritual selalu didatangi sang ratu.
Karena sudah yakin, para pengikutpun berlomba menyerahkan uang kepada Sardan dengan harapan bisa berlipat ganda. Jumlahnya bermacam-macam, antara Rp 2 juta hingga Rp 7 juta.
Namun, setelah beberapa hari, uang itu tidak kunjung bertambah. Setiap kali ditanya, Sardan balik mengumpat pengikut yang bertanya dengan tuduhan pengikut tersebut sedang dalam keadaan tidak suci dan menjadi sumber masalah.
KOMENTAR