Kekerasan kembali terjadi dalam dunia pendidikan kita. Kali ini terjadi di Pulau Madura. Suhel, 10, siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI/setingkat SD) Tarbiyatul Adfal, warga Desa Sera Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, menjadi bulan-bulanan oknum dua kepala sekolah (kasek) hingga tak sadarkan diri. Siswa yang masih duduk di kelas II itu kini harus dirawat di Puskesmas Bluto, Jumat (17/4).
Informasi yang dihimpun Surya menyebutkan, Suhel menjadi korban kekerasan dua oknum kasek yakni Ustadz Iz yang menjabat Kepala MI Tarbiyatul Adfal dan Ustadz Fath yang menjabat Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs/setingkat SMP) An-Nur, keduanya warga Desa Sera Tengah, Kecamatan Bluto.
Ihwal terjadinya penganiayaan itu berawal ketika Suhel bermain dengan siswi Taman Kanak-kanak (TK), sebut saja Melati, yang merupakan anak Ustadz Iz, di halaman sekolah TK yang tak jauh dari lokasi sekolah Suhel. Keduanya bermain di taman sekolah, berkejar-kejaran layaknya anak-anak.
Namun pada saat bermain itu, terdengar kabar kalau Suhel sempat mencium pipi Melati. Kabar itupun sampai ke telinga Ustadz Iz yang juga kepala sekolah Suhel. Ustadz Iz marah besar dan mencari Suhel hingga di ruang kelasnya.
Begitu ketemu, Ustadz Iz langsung menyeret Suhel ke halaman sekolah dan menghajarnya. Pukulan itu antara lain mengenai bagian kepala dan wajah Suhel. Bersamaan dengan itu, Ustadz Fath, Kepala MTs An-Nur, datang. Lokasi gedung MTs An-Nur juga berdekatan dengan gedung MI. Entah bagaimana ceritanya, Ustadz Fath juga ikut memukuli Suhel hingga terkapar di halaman sekolah.
Menurut saksi mata, pada saat Suhel hendak lari menghindari pukulan, kedua kasek itu kembali menarik dan memukulinya hingga terkapar kemudian menginjak-injak tubuhnya. Suhel pun tak sadarkan diri. Setelah itu kedua kasek tersebut meninggalkan Suhel begitu saja. Untunglah, guru-guru lainnya yang melihat itu segera menolong dan mengevakuasi Suhel ke rumah seorang warga.
"Adik saya baru sadar dari pingsannya setelah disiram air oleh seorang guru. Tetapi kemudian dia tidak sadar lagi hingga kemudian dilarikan ke puskesmas," ujar Imam Mahdi,13, saksi mata yang juga kakak Suhel. Imam Mahdi mengaku tahu kejadiannya karena dia adalah siswa MTs An-Nur.
Imam Mahdi menyebutkan, adiknya yang masih duduk di kelas II MI itu dipukul bertubi-tubi di bagian kepala dan dahi serta tubuh bagian belakang. Bahkan, sempat diinjak-injak setelah berusaha lari dari kedua kasek itu. "Saya tidak bisa menolong. Saya takut, bisa-bisa saya juga dianiaya," sambung Imam Mahdi.
Tak lama kemudian orangtua korban dan warga sekitar datang ke sekolah. Suhel segera dilarikan ke bidan desa setempat, karena nafasnya terengah-engah dan merasakan sakit akibat pukulan. Dari bidan ini, Suhel lalu dirujuk ke Puskesmas Bluto. Sementara orangtua Suhel melaporkan kasus ini ke polisi.
Kapolsek Bluto AKP Sutrisno membenarkan ada laporan dugaan penganiayaan siswa yang dilakukan dua kasek. Saat ini pihaknya masih memeriksa sejumlah saksi, termasuk meminta visum kepada Puskesmas Bluto sebagai barang bukti. "Kita akan proses laporan penganiayaan ini, namun kita masih memeriksa saksi-saksi," ujar Sutrisno.
Sementara itu kedua orangtua korban berharap kepada polisi agar kasus ini diusut. Selain itu kedua orangtuanya berniat mengeluarkan Suhel dan Imam Mahdi dari sekolah itu, karena takut kasus ini akan berimbas pada kedua anaknya. "Kami berharap polisi benar-benar menindaklanjuti kasus ini," ujar Subadri dan Takwa, orangtua Suhel.
st2/surya
KOMENTAR