Semula Wahyu dan Fera merupakan sosok yang tambun. Dengan usaha dan kemauan keras, mereka berhasil menurunkan berat badan hingga puluhan kilogram. Yuk, ikuti pengalaman seru mereka.Diet hanya bisa berhasil bila disertai tekad dan disiplin. Ungkapan ini bukan dilontarkan pakar kesehatan, tapi seorang fotografer bernama Wahyu Widodo (34). Bapak dua ini memang sudah membuktikannya. Bayangkan saja, dulu bobotnya 129 Kg. Dengan tinggi badan yang 168 cm, kala itu ia kelihatan begitu tambun. Berkat disiplin berdiet, dalam waktu dua tahun beratnya sudah susut menjadi 75 Kg.Sebelumnya, cerita Wahyu, pola makannya sangat tidak sehat. "Apa saja dihajar, tidak ada pantangan. Makan semangkuk bubur saja, sate jeroannya bisa delapan tusuk," kenangnya. Bersama istrinya, Fitriyani, pria yang bekerja di sebuah tabloid ini juga mengaku suka berwisata kuliner. Hampir semua makanan enak dan terkenal di Jakarta sudah pernah dicicipinya.Berat badan Wahyu naik sejak ia bekerja, 10 tahun lalu. "Dulu, sih, berat saya masih normal. Setelah kerja malah terus naik. Awalnya, ukuran celana 33, lalu naik, naik, sampai terakhir ukuran 46. Baju juga ganti terus, dari L, XL, dobel XL, sampai 4 XL," kenangnya sambil tertawa.Kendati terus melar, Wahyu mengaku tak begitu risau. Apalagi, ia juga mengaku masih cukup gesit melakukan tugas-tugas peliputan. Kondisi kesehatannya juga baik-baik saja. "Tiap tahun, di kantor ada general check up. Paling dokter menganjurkan agar saya kontrol makan. Masalahnya, saya tidak tahu bagaimana memulainya. Paling-paling saya hanya minum obat pelangsing tubuh, tapi enggak ada efeknya. Maklum, pola makan saya masih kacau. Gorengan, jeroan, daging, tetap dilahap habis."Lalu, suatu hari, ia bertemu sahabat lama yang sudah lima tahun tidak ketemu. "Dia kaget melihat saya gemuk sekali. Kebetulan dia punya kumpulan cerita tentang orang-orang yang sukses diet, lengkap dengan foto-fotonya. Ada orang Jepang yang tadinya berbobot 150 Kg, berhasil diet sampai tinggal 50 Kg. Saya tanya ke dia, apa yang mesti dilakukan. jawab dia, 'Kuncinya harus diet.'"DUA BULAN GADO-GADOBisa dibilang, perjumpaan dengan sang sahabat menjadi titik balik dalam hidup Wahyu. Ia tergerak menurunkan berat tubuhnya. Belakangan ia juga sadar, obesitas bisa menimbulkan berbagai persoalan kesehatan. "Iseng-iseng saya ke toko buku, beli buku Diet Golongan Darah. Langsung saya baca sampai habis. Dari situ saya jadi paham, apa saja makanan yang baik untuk dikonsumsi. Buah, misalnya, yang paling bagus untuk saya adalah nanas, pepaya, dan apel."Uniknya, sebelum memulai diet, Wahyu memanjakan diri dengan makan enak sepuasnya di sebuah hotel berbintang. Setelah itu, barulah ia memulai program diet tanpa merasa perlu harus konsultasi dokter. "Saya pantang makan daging. Sebab, untuk golongan darah AB, daging baru hancur setelah diproses tiga hari. Kalau makan daging terus, akhirnya lemak menumpuk. Kabohidrat juga harus sangat dikurangi. Tapi orang diet masih perlu protein," kata Wahyu yang juga tidak lagi mengonsumsi soft drink. "Harus banyak minum air putih. Pagi bisa habis 1,5 liter. Minuman manis, sudah saya hindari."Selama itu, katanya, ia amat disiplin menjaga pola makan. Pagi hanya menyantap sedikit roti atau kentang. Kadang diganti jagung dan singkong rebus. Menu makan siang, saking inginnya berat badannya susut, "Dua bulan pertama, hanya makan gado-gado. Malamnya cuma makan buah." Pola makan sehat itu dibarenginya dengan olahraga ringan. "Saya jalan kaki keliling kompleks rumah. Di saat lain, jalan-jalan di mal tanpa harus belanja. Kalau dihitung, hanya perlu jalan kaki sejauh 5 Km."Hanya dalam waktu dua bulan, bobotnya susut 20 Kg. Celana ukuran 46 berganti menjadi 43. "Saya cerita ke teman, sudah berhasil menurunkan berat badan. Eh, saya malah dimarahi karena pola yang saya terapkan terlalu drastis. Kata si teman, saya harus mengonsumsi protein." Jadilah bulan berikutnya ia mengubah pola makan. "Pagi masih sama tapi siangnya saya tambah protein. Bisa ikan bakar atau rebus. Kadang juga daging ayam rebus tanpa kulit. Nasi tak lebih dari 10 sendok. Nah, sayurnya harus lebih banyak ketimbang nasi. Itu pun tak boleh sayur bersantan," kata Wahyu yang kadang minum susu rendah kalori untuk menambah protein.Jelas, awalnya semua itu terasa berat baginya. "Tapi saya sudah niat banget. Pokoknya, di hati sudah terpatri, makanan enak tapi enggak sehat, harus saya stop. Makanya saat teman makan steak, saya sudah tidak tertarik. Memang, sih, godaan ada saja. Terkadang, meski habis makan, perut melilit minta diisi. Maklum, sebelumnya, kan, biasa makan dengan porsi besar. Nah, kalau rasa lapar muncul, saya banyakin minum air putih atau makan buah."Ia juga "sukses" menampik undangan makan teman-temannya. "Terus terang saya katakan sedang diet. Mereka menghargai, kok. Pernah juga harus hadir di undangan jamuan makan malam. Tapi enggak masalah, toh, saya bisa makan buah."Meski untuk santap siang harus jajan di warung, tak sulit baginya memilih menu yang pas. "Masih banyak, kok, pilihan makanan. Termasuk kalau makan nasi Padang. Kan, bisa pilih sayur singkong dan ikan bakar. Yang pasti, enggak usah pakai kuah bersantan," kata Wahyu yang tiap minggu rajin menimbang berat badan.PETUGAS BANK TAK PERCAYABoleh percaya atau tidak, kini berat badan Wahyu tinggal 75 kg dan memakai celana ukuran 31. Kendati begitu, ia masih ingin menurunkan bobotnya. "Sebenarnya istri saya bilang sudah cukup, tapi target saya adalah celana ukuran 30. Setelah itu, tinggal mempertahankan." Apalagi, lanjutnya, banyak efek positif yang dirasakan Wahyu setelah menjadi langsing. "Yang jelas, saya tambah gesit. Badan juga enteng. Dulu naik tangga saja napas sudah ngos-ngosan, sekarang, sih, enteng saja."ang lucu, cerita Wahyu, banyak kejadian menggelikan dialaminya dengan penampilan barunya. Tak sedikit orang yang kesulitan mengenalinya jika hanya memandangnya sekilas. Misalnya, ketika beberapa waktu lalu mengambil uang di bank via teller. "Salah satu syaratnya, kan, pakai KTP. Petugas bank sampai tidak percaya, foto yang ada di KTP itu foto saya. Saya sampai harus mengeluarkan semua kartu identitas, bahkan menunjukkan foto di laptop," papar Wahyu yang kini mengganti semua kartu identitasnya dengan foto baru. "Biar enggak repot jelasin lagi."Kini Wahyu juga kerap jadi inspirasi bagi rekan-rekannya yang ingin diet. "Banyak, lho, yang tanya. Saya, sih, tak keberatan membagi pengalaman." Ada lagi satu hal menarik yang dialami Wahyu dalam "bentuk baru". " Saya pernah ditawari jadi bintang iklan sebuah obat pelangsing!" Bersediakah dia? "Enggak! Sebenarnya, sih, duitnya lumayan, tapi ada beban moral karena saya, kan, enggak pakai obat pelangsing."DIPANGGIL "IKAN PAUS"Pola berbeda dalam diet dilakukan Fera Wibisono (28). Fera sengaja mengombinasikan antara olahraga dengan menu makan. Bahkan, ia sengaja menggunakan jasa pelatih pribadi dalam fitnes. "Semula saya treadmill tapi sekarang lebih suka sepeda statis. Seminggu bisa 3-4 kali berlatih," kata Vera yang rekor beratnya 107 kg dengan tinggi badan 165 cm.Bungsu dua bersaudara yang masih melajang ini mengaku, sejak kecil memang gemuk. "Sampai mahasiswa masih saja doyan makan. Enggak ada pantangan. Saya juga tak pernah rendah diri. Diejek teman, sih, sudah biasa. Ada yang manggil ikan paus dan seterusnya. Saya ketawa saja. Malah saya bikin lelucon," kenangnya sambil tertawa.Nah, setelah bekerja di sebuah biro perjalanan, ia merasa mesti memperbaiki penampilan. Berbagai cara dilakukannya. Minum obat pelangsing, pijat, dan entah apa lagi. "Tetap saja enggak berhasil. Sekitar dua tahun lalu, saya memutuskan untuk rajin fitnes dan diet. Meski diet bukan berarti enggak bisa makan enak, lho," lanjut Vera yang bergabung dengan Komunitas XL, para perempuan berpostur subur.Alhasil, tiap pagi ia mengonsumsi 1 butir telur rebus, 1-2 lembar roti gandum, dan segelas susu rendah kalor. "Siang saya makan 5 sendok nasi merah, 2 potong tahu atau tempe bacem, 1 potong dada ayam panggang, dan tumis buncis. Sore saya makan lagi, 1 atau 2 jam sebelum fitnes, dengan menu 5 sendok makan nasi merah, 1 potong dada ayam ditumis dengan sayuran, 1 mangkuk sup tomat. Setelah fitnes, saya makan 1 buah jeruk sunkist," kata Fera yang selalu bawa bekal makanan hasil masakannya sendiri.Kerja kerasnya berbuah manis. Bobotnya menyusut jadi 80 kg. Ia menjadi lebih pede dengan penampilannya. Meski begitu, ia mengaku proses diet belum usai. "Targetnya, setahun bisa turun paling tidak 5 kg lagi. Itu sudah cukup. Saya tak mau langsing-langsing banget. Diet memang enggak bisa dadakan, kok. Perlu proses," katanya memberi tips penting untuk Anda yang punya problem sama dengannya.
HENRY ISMONO
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Ini 5 Cara agar Tidak Boros dalam Menggunakan Dompet Digital
KOMENTAR