Nova.ID - Kecantikan dan keunikan batik tidak hanya dapat dilihat dari coraknya saja namun pada proses pembuatannya juga. Kain batik tidak hanya sekadar karya seni yang patut dihargai keberadaannya namun secara tidak langsung dapat mewakili komunikasi non verbal bagi yang mengenakannya. “Kain Batik Besurek merupakan kain khas Bengkulu dengan corak berbeda dari batik pada umumnya,” ujar Gusriyani.
Secara makna, besurek berarti bersurat, karena motifnya adalah kaligrafi huruf Arab serta huruf kaganga yang merupakan huruf asli Bengkulu. Untuk menarik minat pembeli, sesekali dikombinasikan dengan motif lain seperti bunga. “Yang jadi favorit motif besurek dipadu dengan motif bunga Rafflesia arnoldii,” ujar ibu satu anak yang juga mengajak tetangganya, para wanita, untuk menjadi pengrajin batik.
(BACA: Lengkapi Koleksi Batik dengan 3 Ragam Batik Jawa Barat Ini)
Kecintaan terhadap seni batik berawal dari ajakan sang kakak untuk bergabung di salah satu sanggar batik setelah ia lulus SMA. Di sanggar batik tersebut, ia melihat secara langsung proses pembuatan batik yang dimulai dari pembuatan motif, proses membatik, pewarnaan hingga menjadi kain batik yang siap dipasarkan. Awalnya Gusriyani tertarik untuk mencoba membuat motif batik menggunakan media kertas. “Sebenarnya saya tidak bisa menggambar, tetapi karena keinginan kuat, kertas koran pun saya coret-coret dengan motif batik,” terang Gusriyani.
Setelah merasa coretan motif batiknya bagus, Gusriyani mencoba membubuhkan motif batik di kain. “Begitu seterusnya sampai saya punya beberapa kain batik hasil kreasi sendiri, yang paling penting adalah tidak pernah berhenti mencoba,” papar Gusriyani yang kemudian menjual kain batiknya ke toko sang kakak. Walaupun sudah mampu membuat motif, Gusriyani merasa perlu belajar tentang teknik membatik yang baik, sehingga ia belajar menjadi karyawan pada seorang pengusaha batik selama lima tahun. Singkat cerita, kegigihan usaha Gusriyani mengantarkannya menjadi pemasok batik ke beberapa pengusaha. Untuk memenuhi target pasokan, Gusriyani mengajak tiga saudaranya membantu membuat batik.
Pengalaman Jadi Guru Terbaik
Setelah membina rumah tangga dengan Dharmansyah, Gusriyani mulai mewujudkan mimpinya untuk membuka usaha Batik Besurek. Dengan modal yang dimiliki, Gusriyani membeli bahan baku membatik berupa lilin, kain, canting dan pewarna langsung dari Pekalongan, Jawa Tengah. Ia juga menyulap teras rumah untuk memamerkan hasil karya batiknya. Tak hanya sampai disitu, Gusriyani juga membangun hubungan baik dengan berbagai instansi pemerintah maupun swasta di Kota Bengkulu agar dapat diikutsertakan dalam pameran.
Pertama kali mengikuti pameran di Jakarta, rezeki langsung menghampiri Gusriyani. Seorang pengusaha memesan sarung batik cetak sebanyak 1000 lembar. “Sebagai pemula, pesanan segitu membuat saya kaget,” cerita Gusriyani yang kemudian menghubungi pengusaha batik mesin untuk bekerja sama menggarap pesanan tersebut.
(BACA: Inspiratif! Mantan Narapidana Ini Sukses JadI Pengusaha Usai Bebas dari Penjara)
Namun, Gusriyani harus menelan kekecewaan. Pasalnya, separuh dari jumlah pesanan tadi mendadak dibatalkan secara sepihak. Ternyata, ukuran sarung yang dibuat pabrik tekstil lebih kecil dari yang dipesan. Meski kesalahan ada di pihak pabrik, Gusriyani ikut merugi juga karena telanjur menyediakan kotak dan tas untuk sarung. “Saya rugi besar. Yah, hitung-hitung perkenalan sebagai pengusaha pemula,” kenang Gusriyani pasrah. Pengalaman berharga tersebut memberikan pembelajaran baginya untuk lebih berhati-hati dalam menjalin hubungan dengan pihak ketiga. “Dari pengalaman tersebut saya jadi lebih selektif dalam membina kerjasama karena apabila sampai salah memilih maka beresiko terhadap kepercayaan dan nama baik,” ujarnya menambahkan.
Tatangan Pengembangan Usaha
Gusriyani menyadari berjualan batik tidak sama dengan berjualan manisan yang laku saban hari. Namun persaingan yang muncul tidak membuatnya menjadi gusar. “Buktinya, ada saja pembeli yang datang untuk membeli, kok,” ungkap Gusriyani yang paling sering mendapat pesanan membuat seragam kantor. Baru-baru ini, Bank Indonesia telah memesan 50 potong seragam darinya. Mau tidak mau ia harus menambah jumlah karyawan. “Bila perlu suami saya ikut membantu menggambar motif batik,” ujarnya seraya tertawa.
Penulis | : | Dionysia Mayang |
Editor | : | nova.id |
KOMENTAR