Sebuah penelitian menyebutkan, anak usia 5 tahun yang diberi tantangan (challenge) untuk melakukan impossible task mau mencobanya sebanyak 16 kali. Pada usia 11 tahun, anak masih mau mencoba melakukannya sebanyak 6 - 7 kali. Sementara anak usia 16 tahun sudah tidak mau lagi mencoba ketika diberi challenge yang sama.
Artinya, anak sebetulnya terlahir untuk berani mencoba, kreatif, inovatif, tidak mudah menyerah, dan sebagainya. "Ini adalah nilai bawaaan kita sebagai manusia. Hanya, pola asuh orangtualah yang kerap mengerdilkan kemampuan alamiah ini," kata parenting communication specialist Hana Yasmira, MSi.
Salah satu penghalang kreativitas anak adalah "hobi" orangtua mengobral larangan. Sedikit-sedikit berteriak, "Jangan." Sebetulnya, lanjut Hana, larangan, batasan, atau aturan tetap penting bagi anak. Pasalnya, anak yang hidup tanpa aturan atau batasan, pasti akan mengalami kesulitan dalam hidupnya. Tapi, yang diperlukan adalah batasan atau aturan yang tidak otoritatif.
"Orangtua juga harus konsisten. Begitu bilang tidak, harus tetap tidak. Karena ketika orangtua tidak konsisten, anak akan sulit lagi diberi batasan. Jangan asal melarang tanpa tahu batasan," kata wanita yang juga dipanggil Bunda Hana ini.
Berikut beberapa panduan yang perlu diperhatikan orangtua agar tidak mudah "menghamburkan" larangan pada anak, seperti disampaikan Bunda Hana:
Beri aturan ketat
Prinsip utama mengasuh anak adalah, "Children who are guided firmly are not pleasanter to live with but much happier themselves." Anak yang dibimbing dengan ketat (diberi aturan ketat) pasti akan lebih enak diajak bekerja sama dalam hidup, dan ke depannya juga akan lebih nyaman dengan dirinya.
Pola asuh yang berkaitan dengan batasan atau aturan sebaiknya menggunakan pola segitiga terbalik. Ketika masih berusia dini, beri anak batasan atau aturan yang ketat (firm) dan beri kebebasan ketika anak semakin besar. Semakin anak melihat sudah bertanggung jawab, semakin kita longgarkan aturannya. Yang penting, orangtua harus paham bahwa anak harus dibekali aturan dan batasan demi kenyamanan dan keamanannya kelak ketika hidup dan berbaur dengan masyarakat.
Tiga zona
Untuk menghadirkan keamanan dan rasa nyaman anak sehari-hari, buatlah batasan perilaku anak ke dalam tiga zona, yakni:
a. Zona Hjau:
Untuk perilaku yang bebas dilakukan anak tanpa sedikitpun mendapat larangan orangtua karena berada di dalam zona aman yang tidak membahayakan fisik dan psikis.Oleh karena itu, di zona ini, tidak boleh ada kata-kata "JANGAN" atau "TIDAK BOLEH" dari orangtua. Anak malah harus diberi kebebasan penuh supaya bisa sepenuhnya berekspresi dan berekspolasi.
KOMENTAR