Pengangkatan payudara kini bukan lagi momok menakutkan para penderita kanker payudara. Masih ada pilihan lain, kok, supaya payudara tetap tampil indah.
Setiap wanita pasti ingin tampil sempurna. Namun, apa jadinya bila ia harus kehilangan bagian tubuh yang paling dibanggakan, yaitu payudara? Misalnya karena kanker payudara yang sudah menggerogoti. Tak jarang, pasien menolak operasi pengangkatan payudara, namun tak sedikit pula yang akhirnya merelakan salah satu "mahkotanya" dibuang habis, demi mencegah yang lebih fatal.
Dilema semacam ini memang umum menghinggapi benak wanita yang menghadapi vonis pengangkatan payudara. Bahkan, sebelum dokter menjelaskan prosedur pengangkatan payudara, si wanita sudah lebih dulu stres. Beragam pikiran berkecamuk di benaknya. Apa risiko setelah payudara diangkat? Bagaimana bila pasangan tidak bisa terima kondisi dirinya yang sudah tidak utuh lagi?
Padahal, sebagaimana prosedur pengangkatan organ lainnya, operasi pengangkatan payudara (mastektomi), dilakukan dengan banyak pertimbangan. Menurut dr. Sonar Soni Panigoro, SpB, K.Onk, di masa lalu, satu-satunya jalan keluar yang ditawarkan pada para pasien kanker payudara adalah dengan mengangkat seluruh payudara yang sudah divonis kena kanker. "Pertimbangannya sudah barang tentu untuk menekan risiko penyebaran dan tersisanya jaringan yang sudah mengarah pada stadium kanker," kata Soni.
Tidak Semua Diangkat
Namun, seiring perkembangan zaman dan masukan dari para mantan penyandang kanker payudara serta kalangan medis sendiri, pengangkatan seluruh payudara tak lagi menjadi satu-satunya pilihan. Beberapa pertimbangan kemudian diambil, antara lain apakah harus mengangkat seluruh atau sebagian payudara saja. "Pada tumor yang lebih kecil bisa saja hanya perlu dilakukan mastektomi parsial. Bahkan untuk ukuran kurang dari 3 sentimeter, cukup dengan eksisi (pengangkatan tumor dengan menyertakan sedikit jaringan sehat sekitarnya)," ungkap konsultan bedah onkologi RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, ini melanjutkan.
Sementara bila tumor sudah membesar tapi belum melekat pada otot dada, operasi pengangkatan dilakukan dengan jalan radikal modifikasi. "Payudara diangkat, namun masih menyisakan otot dada. Sementara jika ternyata tumor sudah melekat pada otot dada, maka perlu dilakukan mastektomi radikal klasik. Operasi ini mengangkat seluruh jaringan payudara berikut otot dada dan kelenjar getah bening hingga ke ketiak," tambahnya.
Perkembangan di dunia medis menghasilkan banyak jalan keluar yang lebih baik dalam menangani suatu kasus. Salah satunya adalah teknik pengangkatan tidak menyeluruh untuk kasus kanker dan tumor payudara (breast conserving surgery).
Cara ini memungkinkan payudara tidak diangkat secara keseluruhan (termasuk otot dada), sehingga bentuk payudara masih bisa dipertahankan. Cara ini juga lebih memenuhi kebutuhan kosmetik wanita untuk bisa tampil lebih baik. Namun, untuk menekan risiko penyebaran kanker, dokter tidak akan mengambil keputusan ini secara gegabah. "Perlu dilakukan biopsi, mamogram, dan ultrasound scan untuk menentukan apakah tumor telah menyebar hingga ke kelenjar limfa," jelas Soni.
Operasi Rekonstruksi
Selain pertimbangan melakukan operasi pengangkatan sedikit jaringan, untuk mempertahankan bentuk payudara juga bisa dilakukan operasi lanjutan, yakni operasi rekonstruksi. Operasi ini biasanya dilakukan setelah pasien menjalani mastektomi, seperti parsial mastektomi atau mastektomi radikal modifikasi, dimana hasil akhir dari operasi tersebut mengakibatkan kecacatan yang jelas.
"Ini bisa dilakukan bersamaan dengan operasi kankernya (immediate reconstruction) maupun setelah usai rangkaian pengobatan kanker (delayed-reconstruction)," terang Soni lebih lanjut. Caranya bisa dengan mengambil jaringan kulit dan otot perut pasien, kemudian dipasang pada bagian dada. Atau bisa juga dengan menggunakan bahan sintetik seperti silikon yang ditanam di bawah otot dada. Sayangnya, tak banyak pasien kanker payudara di Indonesia yang mau melakukan operasi rekonstruksi semacam ini.
Jika pasien menolak melakukan rekonstruksi, pilihan lain ternyata masih tersedia. "Menggunakan bra yang diisi bahan tertentu (kain, busa maupun silikon) bisa menjadi pilihan," kata Soni.
Laili Damayanti
KOMENTAR