Hati-hati terhadap batuk membandel dan berulang. Apalagi jika ditambah sesak napas. Bisa jadi merupakan gejala asma.
Kadang kala orang tua menganggap ringan gejala batuk dan pilek yang menyerang anak. Apalagi saat ini tersedia berbagai obat di pasaran yang dianggap tokcer. Biasanya orang tua baru panik jika penyakit itu muncul lagi, padahal sudah diobati. Sembuh sebentar, tak lama kemudian muncul lagi. Bahkan, berlanjut dengan napas anak berbunyi "ngik-ngik" dan terlihat sulit bernapas. Wah, ada apa ini, jangan-jangan si kecil mengidap asma?
TIDAK MENULAR
Tapi apa, sih, asma? "Sebetulnya asma merupakan penyakit radang pada saluran pernapasan. Reaksi peradangan itu bisa berupa batuk, pilek lalu sesak napas," papar DR. dr. H. Muljono Wirjodiardjo, Sp.A(K).
Asma sendiri tergolong penyakit yang bukan disebabkan infeksi, tapi dapat menimbulkan kematian. Ini diakibatkan penyempitan pada saluran napas, sehingga menyebabkan sesak napas. "Biasanya ini terjadi pada tahap asma yang sudah paling gawat," lanjut Muljono. Sebetulnya ada tiga reaksi pada peradangan yang menimbulkan sesak, yaitu saluran napas mengkerut dan menyempit, selaput lendir di dalamnya membengkak, dan mengeluarkan banyak lendir. Ketiga reaksi inilah yang membuat saluran napas menjadi sempit dan terasa sesak. Penyakit asma pada anak banyak ditemui di usia sekitar 8-9 tahun. Dan lebih banyak terjadi pada anak laki-laki.
Lalu apa yang harus kita pahami jika anak menderita asma? Yang jelas, asma bukan penyakit menular dan juga tidak bisa ditularkan. Tidak seperti penyakit TBC, misalnya. "Jika dikatakan penyakit turunan, sebagian besar memang asma ini diturunkan, meskipun tidak selalu secara langsung. Nah, yang diturunkan adalah bakat asmanya. Bakat asma ini sifatnya menetap, namun gejala asma dapat dihindari, dikendalikan, dan disembuhkan," jelas dokter spesialis Anak, Asma & Pernapasan di RS International Bintaro ini.
Jadi, anak-anak dari orang tua penderita asma tidak mutlak akan mendapat asma, walaupun ia mempunyai bakat asma. Bila lingkungannya baik maka gejalanya tidak serta merta muncul. Bahkan mungkin dapat sembuh dengan sendirinya. Bisa juga asma terjadi karena adanya perubahan, baik pada anak maupun lingkungannya. Misalnya, kondisi anak sedang tidak sehat, lalu lingkungan rumah berubah menjadi kotor (rumah direnovasi atau pindah rumah). Nah, udara yang penuh debu itu bisa jadi pemicu asma pada anak.
Munculnya asma pada setiap anak berbeda. Ada yang berlangsung secara episodik atau berulang. Bisa hilang kemudian timbul lagi. Ada pula yang kronis, berlangsung terus-menerus.
DIAWALI BATUK
Reaksi yang terjadi pada asma sangat bervariasi dan berbeda satu dengan anak yang lain. Dari ringan sampai berat. Pada asma yang ringan sampai asma sedang, reaksi muncul secara perlahan. Sedangkan asma berat sampai yang terberat, munculnya secara tiba-tiba. Bisa juga awal munculnya cuma asma ringan atau sedang, lalu menjadi gawat dan berat secara tiba-tiba.
Bagaimana mengenali gejalanya? "Seperti bersin-bersin dan batuk yang berulang. Untuk asma tahapan sedang, gejalanya berupa napas berbunyi "ngik-ngik". Sedangkan asma yang berat akan tampak dada sesak dan sukar bernapas. Jika napas sudah tersengal-sengal, bibir pucat atau biru, tidak sadar, itu sudah paling gawat," jelas Muljono.
Nah, asma yang berat atau gawat ini bisa menimbulkan kematian. Sebab, ia datang secara mendadak dan kebanyakan penderita ataupun keluarganya tidak siap. Tapi jangan buru-buru cemas. Sebelum asma terlanjur menjadi berat, ada banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
KOMENTAR