Sayangnya, justru keahlian itu membuat Meike kecil takut. Untungnya sang Mama banyak membantu Meike, bahkan sampai bisa menjadi seorang penyanyi. Bagaimana kisah lengkapnya, ikuti mulai minggu ini.
Aku dilahirkan di kota Bogor, 24 Mei 1974. Orangtuaku sebenarnya asli Semarang, tapi mereka bertemu dan menikah di Bogor. Lalu, mereka pindah ke Semarang karena orangtua Papa tinggal di Semarang. Tapi, kalau mengingat kota Semarang, yang muncul malah kenangan sedih. Karena orangtuaku pisah ketika aku berusia 3 tahun.
Sejak kecil, aku sudah punya kelainan atau berbeda dengan orang lain. Tapi karena tidak ada bimbingan dan tidak ada yang mengarahkan, jadi tidak ada yang tahu kelebihanku. Akibatnya, saat TK aku enggak bisa bergaul layaknya anak-anak lain. Bayangkan saja, kalau aku cerita ke orang-orang bahwa aku bisa melihat "dunia lain", pasti banyak yang enggak percaya denganku. Makanya aku enggak mau bergaul dengan mereka, aku pasti selalu bersembunyi di belakang guru.
Aku selalu menyimpan rahasia "kemampuanku" ini sampai SMA. Teman-teman mungkin ada yang curiga melihat tingkah lakuku yang tiba-tiba menjadi aneh. Misalnya, bicara atau nangis sendiri. Padahal aku bukan bicara sendiri, tapi ada yang mengajak bicara. Namun sosoknya, kan, enggak kelihatan orang lain, cuma aku yang bisa melihat.
Begitu juga saat kuliah, teman-teman bisa melihat keanehan itu dan mulai tahu keahlianku. Orangtuaku juga bisa melihat ada gejala aneh yang menimpa diriku. Mereka tahu aku punya kelebihan, bisa merasakan bakal ada kejadian apa ke depannya.
Aku malah sempat kecewa dengan Tuhan, karena bagiku ini hal yang tidak wajar. Kok, harus aku yang mengalami. Kenapa aku harus berbeda dengan anak-anak lain. Sulitnya, aku juga enggak bisa cerita sama orang lain karena memang pembawaanku selalu tertutup. Percaya atau tidak, dulu aku anggap kelebihan ini sebagai kekurangan yang amat menyiksa, bukan menjadi sebuah kebanggaan.
Orangtua Bercerai
Papa, Kemal Subadha adalah sosok yang pandai bergaul, gayanya pun seperti anak muda. Jangan ditanya, temannya banyak, pergaulannya luas, sehingga dia bisa masuk ke segala segmen. Papa sangat menghargai setiap orang meski dari kedudukan berbeda. Papa mencari nafkah sebagai wiraswasta, sama halnya dengan Mama, Ani Setiawati. Mereka adalah orang-orang mandiri yang pantang menyerah.
Sayangnya karena mereka menikah muda, sama-sama keras kepala, kurang komunikasi karena kesibukan masing-masing, dan ditambah lagi masalah prinsip, akhirnya mereka bercerai. Keduanya tidak bisa menyatukan perbedaan sifat yang masih mengebu-gebu. Akhirnya mereka berpisah. Meski menyedihkan, aku tetap legowo karena mereka berpisah dengan damai.
KOMENTAR