Orangtua semestinya mulai curiga bila memasuki usia setahun tapi anak belum mampu mengucapkan 1-2 kata sekalipun. Atau bila dipanggil tidak pernah menoleh atau memberi respons. Ini dapat dijadikan pertanda bahwa anak memiliki gangguan pendengaran. Ada cara pemeriksaan praktis dan sederhana yang dapat dilakukan di rumah.
Tanpa sepengetahuan anak, cobalah berdiri di belakangnya. Kemudian ciptakan bunyi-bunyian lumayan keras, seperti dari peralatan rumah tangga semisal panci, penggorengan, dan lain-lain. Amati reaksinya. Bila anak memiliki pendengaran yang baik maka ia akan menoleh mencari sumber suara tersebut. Tapi, bila ia tampak tenang dan tidak terusik. maka jadikan acuan bahwa anak memiliki gangguan pendengaran.
Kebiasaan PERUSAK PENDENGARAN
Bila yang bersangkutan mendengar suara bising yang terus-menerus. Gangguan pendengaran ini dikenal dengan nama trauma akustik. Gangguan ini dapat bersifat sementara yang bisa kembali normal namun dapat menetap. Hal ini biasanya terjadi pada para pekerja pabrik yang kerap mendengar suara keras atau mencapai lebih dari 90 dB. Bisa dimaklumi karena frekuensi percakapan normal dalam suasana tenang berkisar antara 45-60 dB.
Kerap mendengarkan musik lewat MP3 atau walkman secara terus menerus sambil menggunakan earphone. Kebiasaan ini dapat merusak pendengaran bila dilakukan dengan volume suara keras dan langsung dipasang di telinga.
Kebiasaan membersihkan telinga. Semestinya telinga tidak perlu dibersihkan bagian dalamnya. Cukup pada bagian daun telinga atau telinga luar. Hindari mengorek telinga dengan korek kuping atau benda lainnya karena bila terlalu dalam dapat merusak gendang telinga.
Penyebab GANGGUAN PENDENGARAN
Mengacu pada data PT ABDI (Alat Bantu Dengar Indonesia) yang melakukan penelitian pada 1994-1996 di 7 provinsi di Indonesia, secara kasar diperkirakan 3 dari 1.000 anak mengalami gangguan pendengaran. Dalam banyak kasus, gangguan pendengaran tidak melulu disebabkan faktor keturunan. Beberapa disebabkan oleh kondisi yang terjadi sebelum atau saat kelahiran, semasa bayi atau masa kanak-kanak yang dapat memengaruhi kemampuan anak untuk mendengar secara normal.
Penyebab gangguan pendengaran yang terjadi sebelum atau saat kelahiran pun cukup beragam. Bisa saja di awal-awal kehamilannya si ibu mengonsumsi obat kina, salisilat atau antibiotik tertentu. Demikian juga bila si kecil lahir dari keluarga tuli yang sejak lahir. Atau saat hamil ibu mengalami infeksi Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus, Herpes, Sifilis (TORCHS).
Sedangkan penyebab pada saat bayi lahir dapat karena lahir kurang bulan (prematur); berat badan lahir rendah (kurang dari 1.500 gram); bayi kuning dengan kadar bilirubin tinggi; nilai Apgar rendah atau tidak langsung menangis saat lahir; proses kelahiran melalui operasi; lahir dengan bantuan alat (forcep). Penyebab lain adalah sakit yang diderita si anak, semisal meningitis, ensefalitis, virus gondongan, infeksi telinga tengah atau infeksi saluran napas bagian atas (pilek kronis) yang tidak tertangani secara tuntas.
Utami Sri Rahayu
KOMENTAR