Pasalnya, berbeda dengan pelaku pelacuran lainnya, AA yang notabene merupakan seorang artis rela jual diri lantaran untuk mendapatkan penghasilan lebih.
"Penyebab utama seseorang menjadi artis ada beberapa faktor, di antaranya karena kebutuhan atau ekonomi dan paksaan atau trafficking. Tetapi dalam kasus ini, artis menjadi pelacur dipastikan karena hedonis. Sebab, jika dilihat dari penghasilannya, sudah tentu lebih dari cukup dan pelaku bukan dalam paksaan," kata Musni Umar.
Merunut Musni Umar, hal tersebut akibat gaya hidup yang berlebihan di kalangan artis pun disebutkannya, merupakan faktor utama mengapa AA rela terjun menjual diri dengan tarif hingga puluhan juta rupiah.
Karenanya, dirinya pun mengharapkan agar peran keluarga bagi para artis kalangan muda dapat memproteksi adanya pengaruh buruk tersebut.
Kondisi tersebut dikatakannya, mengingat bisnis prostitusi lebih cenderung menyasar kepada kalangan muda, lantaran peminat prostitusi lebih cenderung memilih kalangan muda untuk menjadi teman kencan.
Hal tersebut pun diungkapkannya, tidak terlepas dari belum matangnya pemikiran, ideologi beragama ataupun imbas sosial yang diterima pelaku prostitusi muda.
"Pencegahan penyakit sosial memang harus dimulai dari tingkat keluarga, khususnya orangtua. Karena itu, pengawasan terhadap anak, apalagi artis muda harus dilakukan, mengingat pengguna prostitusi lebih cenderung memilih daun muda sebagai teman kencannya," kata Musni Umar.
Tidak hanya itu, dirinya pun meminta kepada pemerintah maupun penegak hukum agar menciptakan peraturan yang mengikat, baik pelaku maupun pengguna dalam bisnis prostitusi tersebut. Sehingga, aktivitas prostitusi, khususnya dalam media sosial dapat diberantas seluruhnya.
"Kalau peraturan sudah tercipta dan penegak hukum dapat tegas memberikan sanksi, masyarakat pun harus memberikan sanksi sosial terhadap para pelaku yang terlibat dalam bisnis prostitusi ini. Jangan sampai, artis yang menjadi publik figur justru dicontoh oleh masyarakat, khususnya kalangan muda," kata Musni Umar.
.
Dwi Rizki Wartakota
KOMENTAR