Apa saja suka dukanya memiliki sekolah merangkai bunga?
Orang masih bertanya, kenapa, sih, sekolah bunga? Kan, tinggal letakkan saja di vas jadi rangkaian dan selesai, lalu apa yang perlu dipelajari? Padahal, semakin kita belajar, semakin kita tahu kalau bunga itu tidak sekadar ditaruh di vas bunga. Saya selalu bilang pada murid saya, jangan pernah takut kalau mau merintis toko bunga. Bayangkan saja berapa orang yang bisa buka toko bunga usai belajar di sini.
Merangkai bunga itu bagian dari art, jadi setiap orang akan mempunyai karakter masing-masing. Kalau sekadar meniru gampang saja, tapi kalau ada ilmunya akan berbeda. Rangkaian bunga akan lebih berarti, bermakna, dan lebih hidup jika tahu caranya. Meniru rangkaian bunga gampang, tapi enggak ada nyawa dan jiwanya. Murid saya harus berani mengembangkan apa yang menjadi kekuatan masing-masing.
Muridnya darimana saja?
Kebanyakan murid saya menekuni bunga karena hobi. Meski ada juga yang tertarik membuka bisnis walau masih sedikit. Program pendidikan di Newline dirancang sesuai standar internasional dan mampu memenuhi kebutuhan setiap orang. Mulai dari yang belajar merangkai bunga untuk menjadi desainer flora, membuka toko bunga, atau yang hobi. Saya juga memberikan demo, workshop ke daerah karena ingin membuka mata mereka, apa yang ada di daerah justru harus diekspos.
Kabarnya, Anda juga bertugas di Istana Presiden?
Ya. Sejak tahun 2000 saya bertugas setiap 17 Agustus-an di Istana sampai sekarang. Mulai dari Presiden Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY. Tugas saya membuat istana tampil indah, cantik, dan bagus karena menjadi fokus perhatian orang-orang yang hadir. Saya selalu mementingkan yang terbaik buat istana. Jangan sampai rambu-rambu yang diterapkan membuat kami tidak berkembang.
Dua tahun lalu, saya fokus pada keseluruhan desain dan menjadi koordinator. Tentu saja melibatkan seluruh perangkai bunga di Indonesia, sudah pasti ribet. Hanya saja selalu ada manfaatnya kalau dikerjakan dengan baik, apalagi bertemu dengan orang daerah. Senang, lo, berbagi pengalaman dengan mereka. Meski pengetahuan di daerah masih agak jauh namun mereka lebih antusias. Justru dengan keanekaragaman tersebut, kreasi tidak akan habis.
Apa kendala terbesar Anda dalam usaha memperkenalkan bunga pada masyarakat?
Seharusnya merangkai bunga dikenalkan dari usia sedini mungkin. Ada beberapa kali kami kedatangan anak-anak TK yang antusias belajar bunga. Kalau seusia itu anak laki-laki dan perempuan masih senang, jadi tidak terlalu susah mengenalkan bunga. Saya malah mengusulkan pelajaran ini menjadi ekstrakurikuler, selain menyanyi, menggambar. Saya juga bingung, kenapa di SMK tidak ada pelajaran menata meja dengan bunga? Semua keinginan itu ada di kepala saya, tapi saya bingung bagaimana harus memulainya.
Bukan itu saja. Kendala lain, bunga bukan barang murah. Seandainya ditawarkan belajar dengan harga tertentu, mereka memilih sekolah dengan keahlian lain yang lebih kelihatan, misalnya bikin kue. Lagi-lagi mereka berpikir merangkai bunga untuk apa? Maju, sih, maju, tapi sangat lambat.
Anda juga membuat buku?
Akhirnya, saya dan teman, Yunita Ayukemala, AIFD, juga membuat buku Bunga Untuk Tata Meja. Bagi kami tata meja sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, baik saat menjamu tamu maupun keluarga. Semoga ilmu yang kami dapat melalui sekolah bisa berguna bagi masyarakat banyak. Saya senang karena bisa menambah wawasan banyak orang. Sekarang saya sedang menyiapkan buku kedua, temanya hampir mirip.
Bagaimana dengan suami dan anak-anak?
Suami, Dauddy, awalnya agak kurang mendukung karena saya belum bisa bagi waktu. Sekarang, sih, setelah bisa membagi waktu, dia sangat mendukung. Misalnya, kalau ke daerah ada demo, harus menginap, pasti sangat membutuhkan pengertian suami. Kebetulan suami, kan, kerjanya di dunia yang berbeda dengan saya. Sementara anak-anak, Thomas dan Timothy, keduanya laki-laki. Sepertinya enggak ada yang meneruskan usaha saya nanti, Ha ha ha...
Rencana Anda di tahun 2010?
Saya ingin Newline menjadi kumpulan guru-guru yang piawai mengajar. Tiga orang pengajar di sini bergelar AIFD, gelar dari Amerika yang diakui secara internasional. Tahun ini saya ingin menambah guru. Saya juga ingin mengembangkan ilmu, enggak hanya merangkai bunga saja, tapi bagaimana membuat sketsa. Selain itu, saya juga ingin menjadi kontributor majalah.
Noverita K. Waldan
KOMENTAR