Anda pasti merasa ada semacam keasyikan dan sensasi tersendiri yang muncul ketika memotret dengan kamera ponsel. Ringan, menyenangkan, dan tanpa beban. Bahkan yang menariknya lagi, setiap orang yang bukan berprofesi sebagai fotoggrafer saat ini mampu merekam aneka gambar atau momen dengan kamera ponselnya dan menghasilkan karya-karya yang unik, menarik, sekaligus mengandung unsur seni.
Buku yang merupakan kumpulan foto ini diabadikan oleh empat fotojurnalis yakni Dita Alangkara (AP), Ahmad Zamroni (Forbes Indonesia), Yuniadhi Agung (Kompas), dan Mast Irham (EPA) di sela-sela tugas mereka sebagai fotojurnalis.
Selain ke mana-mana selalu menenteng kamera profesional yang beratnya 'minta ampun' guna menunjang pekerjaan harian, mereka pun ternyata tak ketinggalan mengabadikan aneka momen dengan kamera ponsel pribadinya. Hingga keempatnya memutuskan untuk mengumpulkan koleksi foto mereka dan menjadikannya buku.
Judul NESW (North, East, South, West) yang merupakan ide Yuniadhi Agung ini dipilih untuk mewakili mereka, yang sebagai fotojurnalis memiliki gaya berbeda dalam berkomunikasi melalui foto-fotonya. Ibarat empat penjuru mata angin yang memberi petunjuk dan arah bagi siapa pun yang membutuhkannya.
"Dunia fotografi identik dengan kamera profesional agar menghasilkan foto dan karya dengan kualitas yang baik. Namun di zaman yang serba instan ini, tentu dibutuhkan alat yang dapat digunakan secara cepat dan mudah dibawa ke mana pun. Salah satunya dengan ponsel berkamera. Melalui kamera ponsel, justru dapat tercipta karya-karya yang tak kalah daya saingnya dengan kamera profesional," ujar Mast Irham.
Mereka adalah empat sekawan yang selain sering bertemu saat melakukan peliputan di lapangan, mereka juga tergabung dalam pembuatan web berisi foto-foto, www.seribukata.com. "Lantaran kami juga punya hobi memotret banyak momen yang disimpan di Instagram, akhirnya kami memutuskan bikin buku saja. Bisa dibilang, di era serba digital ini sudah mengubah dunia fotografi yang dulu eksklusif karena alatnya mahal, kini menjadi lebih demokratis dan merakyat, terutama dengan semakin mudahnya orang memiliki ponsel berkamera," papar Ahmad Zamroni.
Lebih jauh keempatnya memiliki harapan, dengan meluncurkan buku ini mereka ingin berbagi tentang story telling melalui foto-foto yang dilatari oleh profesi mereka sebagai fotojurnalis. Dan untuk membedah secara mendalam tentang fenomena ini, para parktisi di bidang fotografi, seperti Arbain Rambey (Kompas), Oscar Motuloh (Antara), dan Beawiharta (Reuters) pun hadir untuk berdiskusi yang dipandu oleh praktisi media sosial Ndoro Kakung (Plasa MSN)
Menurut Oscar Motuloh, "NESW ini merupakan arah mata angin dari perjalanan keempat kuli citra itu. Namun saya merasa, mungkin karena mereka terbiasa memotret dengan kualitas baik, sehingga dalam memotret dengan kamera ponsel masih terasa terpenjara oleh jeruji-jeruji visual. Saran saya, sebaiknya mereka bisa lebih bebas dan berani memotret dalam kaacamata awam. Sehingga mereka bisa lebih menjadi diri sendiri."
Intan
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR