Selain infeksi intrauterin (saat di dalam kandungan), bukan tidak mungkin seorang anak menderita infeksi pada usia tumbuh kembang. "Dengan demikian, untuk mencegah buta warna acquired yang bukan intra uterin bisa dilakukan dengan menghindari sumber infeksi."
Tingkat buta warna acquired pun berbeda-beda. Bisa saja mata yang sebelah terserang, sementara yang sebelahnya aman-aman saja. Atau mungkin dua-duanya terserang dengan keparahan yang berbeda. "Karena penyebabnya infeksi, jadi tidak bisa dibasmi habis. Sebab masih ada sisa di dalam tubuh yang sewaktu-waktu bisa aktif kembali. Kalau aktif, tentu kerusakan di retina akan makin luas." Selain itu, pada buta warna acquired kerusakan pada syaraf-syarafnya tetap tidak bisa dibetulkan.
TES WARNA
Tentu saja Ibu-Bapak tak perlu langsung panik apabila menemui si kecil tak bisa membedakan warna. Ketidakmampuan tersebut bisa saja karena kelalaian Bapak dan Ibu sendiri, lo. Begini, Bu-Pak, seorang anak yang tidak pernah dikenalkan dengan berbagai warna pun bisa saja tidak akan mengenal warna, kan?
Nah, ada semacam tes untuk mendeteksi apakah seorang anak menderita buta warna atau tidak? Pada buta warna kongenital bisa dilihat dari pedigree (silsilah keluarga). Bisa dipastikan anak buta warna karena anggota keluarga yang lain ada yang buta warna juga. "Jadi, bila Bapak-Ibu sudah tahu ada kakek-nenek, om-tante, ada yang buta warna, maka harus mencurigai keturunan laki-lakinya akan juga menderita buta warna," ujar Wati.
Sementara anak perempuan hanya akan menjadi pembawa sifat. "Hal inilah yang harus ditekankan pada orang-orang yang nenek moyangnya memiliki riwayat buta warna, terutama kalau kita lihat garis hereditasnya ke generasi selanjutnya. Kalau kakeknya buta warna, jangan-jangan anak kita buta warna, dan seterusnya."
KOMENTAR