Tabloidnova.com - Sejak akhir pekan lalu, tak bisa dipungkiri bahwa seluruh warga dunia menghadapi fakta unik tentang gambar yang mampu mempolarisasi manusia melalui dunia maya.
Tak hanya itu, sebuah foto yang memperlihatkan gaun perempuan itu pun telah berhasil membuat dua kubu berseberangan sekaligus, yang tak kunjung berhenti memperdebatkan apa warna gaun tersebut yang sebenarnya dan mengapa setiap orang bisa berbeda melihat warnanya.
Misteri gaun biru hitam dan putih emas ini membuat sebagian orang melihat gaun tersebut berwarna hitam dan biru, sementara sebagian yang lain melihat dengan jelas gaun itu berwarna putih dan emas.
Dan hingga saat ini tampaknya tak satu kubu pun yang mau mengalah soal kebenaran warna gaun tersebut.
Meski sebuah situs telah menjelaskan bahwa baju tersebut sebenarnya berwarna biru hitam, 'pertarungan' perihal warna gaun terus berlangsung di media sosial. Bahkan, sudah merambah hingga ke bidang biologi primal atau menganalisis secara ilmiah bagaimana cara mata manusia dan otak berevolusi dalam melihat warna yang diterangi cahaya.
Untuk menjelaskan soal perbedaan penglihatan terhadap misteri warna gaun ini, dua ilmuwan dari dua universitas asal AS ikut menjelaskan alasan mengapa warna gaun bisa jadi polemik di seluruh dunia.
Secara ilmiah saat melihat sebuah warna, cahaya akan memasuki mata melalui sebuah 'lensa panjang' yang diantarkan gelombang yang berbeda-beda, sesuai dengan warna yang dilihat.
Cahaya kemudian memantul pada retina di belakang mata, di mana pigmen menjalankan koneksi saraf ke korteks visual, bagian dari otak yang memproses sinyal dalam menerjemahkan warna.
Secara kritis, sebuah ledakan pertama dari cahaya yang diantarkan gelombang yang mengandung cahaya inilah yang kemudian menjadi apa yang Anda lihat. Tanpa disadari, otak manusia akan memindai apa pun yang Anda lihat, termasuk warna yang mengandung cahaya.
"Sistem visual manusia seharusnya membuang informasi tentang illuminant dan mengekstrak informasi tentang pemantulan (cahaya) yang sebenarnya," kata Jay Neitz, ilmuwan syaraf dari University of Washington.
"Saya sudah mempelajari perbedaan tiap individu dalam melihat warna selama 30 tahun. Dan soal foto gaun yang ramai ini, merupakan salah satu fenomena terbesar mengenai perbedaan individu dalam melihat warna, yang pernah saya alami," tutur Neitz seraya mengatakan, ia melihat warna gaun itu adalah putih dan emas.
Biasanya, kata Neitz, sistem penglihatan manusia akan bekerja dengan baik. Akan tetapi foto gaun itu, lanjut Neitz, telah menimbulkan semacam batas persepsi dari setiap manusia. Terutama ketika foto gaun tersebut tersebar semakin mendunia.
Neitz menjelaskan, manusia berevolusi untuk melihat di siang hari, sementara cahaya di siang hari pun kerap berubah warna. "Ini yang disebut sumbu chromatic yang bervariasi dari warna merah ke merah muda fajar, kemudian berubah menjadi biru-putih siang hari, lalu akan kembali ke kemerahan di senja hari."
Sementara itu, apa yang terjadi dengan fenomena foto gaun itu merupakan sistem kerja visual manusia dalam melihat warna. "Bagi yang melihat warna gaun tersebut adalah putih dan emas, otak mereka mencoba mengurangi bias warna pada sumbu chromatic di siang hari," papar Bevil Conway, ilmuwan syaraf lain yang mempelajari soal warna dan penglihatan dari Wellesley College.
"Jadi orang-orang yang menangkap bias warna biru pada sistem visualnya, akan melihat warna gaun tersebut putih dan emas. Sementara bagi mereka yang melihat bias warna emas, maka akan melihat warna gaun tersebut biru dan hitam," papar Conway seraya mengatakan, ia melihat gaun itu justru berwarna biru dan oranye.
Intinya, lanjut Conway, saat melihat warna, otak manusia akan mencoba untuk menginterpolasi semacam konteks warna pada sebuah gambar atau foto, kemudian muncul jawaban atas warna itu.
Sebaliknya, Neitz yang melihat warna gaun tersebut putih dan emas merasa aneh, di sisi lain mengakui warna gaun itu yang sebenarnya adalah biru dan hitam. "Saya coba cetak foto itu dan saya lihat di luar ruangan di siang hari," kata Neitz.
"Lalu aku potong kecil-kecil foto itu untuk melihatnya dengan lebih jernih lagi. Dan yang muncul adalah benar-benar keluar dari konteks warna yang bukan warna biru gelap, tapi di antaranya. Otak saya kemudian mengatakan itu warna biru, sebagaimana sebagian orang lain melihatnya biru dan hitam pada gaun itu."
Conway menambahkan, ketika konteks warna ini muncul sangat bervariasi, maka ini menjelaskan bawah persepsi visual seseorang lah yang menjawabnya.
"Kebanyakan orang akan melihat biru pada latar belakang putih biru di gaun itu," kata Conway. "Tapi pada latar belakang hitam pada beberapa orang mungkin akan melihatnya sebagai putih."
Conway bahkan berspekulasi, prasangka warna putih dan emas yang terlihat pada gaun itu bisa jadi merupakan respons otak dalam melihat ide gaun di bawah siang hari yang kuat. "Saya yakin, andai burung hantu bisa bicara, ia akan mengatakan baju itu adalah biru dan hitam," tukas kata Conway.
Dengan penjelasan dua ilmuwan tadi, setidaknya semua orang di dunia akan bisa lebih sepakat pada satu hal bahwa orang-orang yang melihat gaun itu adalah berwarna putih dan emas, ternyata salah.
Intan Y. Septiani/Tabloidnova.com
SUMBER: WIRED.COM
KOMENTAR