Sejauh ini berapa banyak anggota Tobucil?
Sifat keanggotaan kami sangat cair. Tapi kalau dilihat dari klabbaca@yahoogroups.com atau Facebook, anggota kami berjumlah 2500 orang. Tak terbatas dari Bandung saja, bahkan kebanyakan mereka datang dari Jakarta. Kebanyakan perempuan dengan rentang usia 17 sampai 45 tahun.
Kami menargetkan pada pemberdayaan kalangan kelas menengah. Karena kelas menengah di Indonesia itu kurang percaya diri, padahal mereka mampu untuk membuat sebuah perubahan. Itu mengapa Tobucil menyediakan ruang untuk mengaktualisasikan diri. Kami menjadi tempat penyemaian bibit, jika sudah tumbuh dengan kuat silakan tanam di tempat lain. Banyak anggota kami yang bikin kursus di tempat lain.
Membuat segitu banyak kegiatan, darimana menggalang modalnya?
Banyak sih lembaga yang menawarkan diri untuk menjadi donor. Tapi saya enggak mau. Kembali ke tujuan saya membuat Tobucil. Bagi saya Tobucil adalah sebuah laboratorium hidup. Kalau saya menjalaninya sesuai prinsip, sama dengan saya menjalani hidup sesuai dengan apa yang saya yakini. Saya enggak mau menjual keyakinan saya hanya untuk mencapai tujuan dengan cara cepat.
Apa rencana dalam waktu dekat?
Saya akan menerbitkan buku mengenai kegiatan ini. Selain untuk membagi ilmu, semoga bisa menjadi referensi bagi orang yang hendak membuka atau memulai usaha seperti ini. Buku ini akan saya keluarkan pada November tahun ini.
Selain di Tobucil, apa lagi kegiatan Anda?
Kadang saya jadi penulis lepas di beberapa media. Saya juga menargetkan diri sendiri minimal satu penelitian setiap tahun. Kemarin saya baru kembali dari Kalimantan untuk riset Hak Minoritas. Saya juga baru kembali dari Amerika Serikat selama empat bulan mendapat beasiswa untuk observasi pengembangan komunitas.
Kegiatan Anda tentu menyerap banyak energi, ya. Enggak stres?
Badan saya sangat peka terhadap apa yang terjadi. Kalau hidup saya tidak seimbang, akan muncul penyakit. Penyakit yang saya alami kebanyakan muncul akibat pikiran. Kalau saya sudah mulai mengalami gejala sakit, saya akan mencari apa yang sedang mengganggu saya. Dan untuk menjaganya, saya harus selalu berpikiran positif.
Soal makanan juga dijaga, dong.
Soal makanan, saya punya prinsip bahwa "perutmu bukan kuburanmu" dan "berhenti makan sebelum kenyang". Tidak semua hal yang enak dan menyenangkan itu sehat.
Olahraga?
Saya suka sekali jalan kaki pagi-pagi sambil melihat sinar matahari menembus dedaunan. Sekaligus membuat kita peka akan lingkungan dan relaksasi. Beruntung saya tinggal di lingkungan seperti ini.
EDWIN YUSMAN F.
KOMENTAR