Tidur larut malam, atau istilah awamnya begadang, sebetulnya tidak wajar bagi balita (bawah lima tahun). "Ini dilihat dari sudut pandang waktu tidur yang umum, di mana malam hari adalah waktu bagi kita semua untuk beristirahat," jelas Ratih Pramanik, S.Psi, MM., konselor dari Personal Growth, Jakarta.
Umumnya, balita perlu tidur 10 sampai 12 jam semalam. Kebanyakan balita juga masih tidur siang kira-kira 1 - 2 jam, meskipun tidak sedikit balita yang tidak tidur siang. Biasanya, mereka akan tidur malam lebih cepat, kira-kira pukul 20.00 malam.
Untuk balita yang tidak dapat tidur siang, tidak perlu dipaksakan tidur. Tapi, sebagai gantinya, di siang hari ia harus menenangkan diri selama 1 - 2 jam. Misalnya membaca buku, mendengarkan cerita, atau menggambar. "Balita yang terlalu lelah akan rewel, sulit diatur, tidak nafsu makan dan akan semakin sulit untuk tidur. Karena itu, ia perlu istirahat di siang hari," lanjut Ratih.
Empat Penyebab
Jadi, apa sebetulnya penyebab balita suka tidur larut malam? Menurut Ratih, ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab, antara lain:
1 Kebutuhan bereksplorasi
Anak di atas usia dua tahun, memiliki fisik yang kuat. Ia juga memiliki keinginan mengeksplorasi dunia di sekeliling yang kuat. Ia dapat berjalan ke mana pun yang ia hendaki. Memanjat, mengambil mainan sendiri, bermain segala macam mainan, dan sebagainya. Hal ini membuat balita tidak mau kehilangan kesempatan bereksplorasi. Oleh karena itu, ia seringkali terlihat menahan kantuk dan berusaha bangun agar kesempatan ini tidak hilang karena tertidur.
Bila diajak tidur pun, ia akan berusaha keluar kamar. Misalnya bilang, "Mama, aku haus, pengen minum", "Ma, aku pengen pipis", atau "Aku mau lihat Ayah di luar", dan sebagainya. "Banyak sekali alasannya. Dan mereka terlihat sangat meyakinkan dengan alasan-alasannya itu," jelas Ratih. Padahal, semakin lama, ia akan semakin lelah. Dan bila terlalu lelah, akan makin sulit bagi anak untuk tidur. Lama kelamaan, karena pola ini berulang setiap hari, Si Kecil pun akan tidur semakin larut.
2 Aktivitas di siang hari/sebelum tidur
Perlu pula diperhatikan, apa saja yang dilakukan balita pada siang hari. Energi balita sangat besar. Bila sepanjang hari ia menonton teve, bisa dipastikan pada waktunya ia seharusnya tidur malam, ia tetap lincah karena energinya masih berlebih. Padahal, tubuhnya sebetulnya perlu beristirahat.
Lalu, perhatikan juga apa yang ditonton di siang hari. Film-film yang menakutkan dan sinetron remaja atau sinetron orangtua dapat membuat anak takut, sehingga ia sulit tidur. Film yang menegangkan pun akan membuat otak balita tetap alert alias waspada dan membuatnya susah tidur. Maka, akan sangat baik bila minimal 2 jam sebelum tidur, balita tidak menonton tayangan apa pun.
3 Waktu tidur siang
Perhatikan, berapa jam ia tidur siang. Bila siang hari ia tidur 4 jam atau lebih, sangat mungkin ia akan tidur paling cepat pukul 22.00 malam. Semakin lama ia tidur siang, semakin malam ia akan tidur malam. Bila hal ini terjadi, cobalah untuk membangunkannya dengan lembut bila ia sudah tidur selama tiga jam. Setelah bangun, ajak ia bermain di tempat tidurnya. Baru setelah ia terbangun dengan penuh kesadaran (fully awake), ajak ia keluar kamar.
4 Separation anxiety
Beberapa balita mengalami rasa takut ditinggal orang terdekat (separation anxiety). Orang terdekat di hati balita biasanya adalah ibunya.
Ciri separation anxiety ringan adalah takut kehilangan ibunya bila ia tertidur. Sehingga ia berusaha sedemikian rupa agar terus bermain dan bersama ibunya ketika malam menjelang tidur. Nah, bila hal ini yang terjadi, perhatikan berapa lama ibu bermain intens bersama balita di siang hari tanpa diselingi memasak, memakai smartphone, menelepon atau nonton teve.
Separation anxiety juga bisa tetap muncul bila ibu ada di rumah tapi menyerahkan anak sepenuhnya pada pengasuh dan tanpa bermain bersama ibu. Apalagi kalau anak sering ditinggal pergi tanpa pamit alias dibohongi.
Banyak Ruginya
Kesimpulannya, tegas Ratih, tidur larut malam bagi balita tidak memiliki dampak baik. "Yang ada dampak buruk. Misalnya anak jadi kurang tidur. Beberapa balita tetap akan bangun pagi (antara pukul 05.00 - 06.00) walaupun tidur larut. Akibatnya, ia akan menjadi begitu rewel dan tidak nafsu makan," ujar Ratih.
Dampak lainnya, anak tidak sempat berjemur. Bila balita tidur larut dan bangun siang, maka ia tidak mendapat kesempatan berjemur. Padahal waktu berjemur yang baik adalah sebelum pukul 08.00. karena sinar matahari mengandung ultraviolet yang bagus untuk tulang.
Selain itu, tidur larut juga membuat proses regenerasi sel-sel tubuh jadi terhambat. Sebuah penelitian bahkan menyatakan tidur malam hari tidak sekadar memejamkan mata dan istirahat. Tidur malam hari justru waktu di mana sel-sel tubuh memperbaiki diri dan berkembang. Proses ini tidak terjadi di siang hari saat balita tidur siang. Padahal, proses regenerasi sel ini sangat penting bagi balita, karena mereka berada dalam masa pertumbuhan.
Selain itu, bila balita tidur larut malam, orang lain di sekeliling balita akan terganggu. Ini terjadi karena selain menjaga dan menemani balita, masih banyak pekerjaan lain yang harus diselesaikan. Di samping itu, orang dewasa harus tetap bangun pagi dan mengerjakan tugas hariannya. Sebut saja, ibu menjadi kurang istirahat (kurang tidur), pekerjaan rumah tangga bisa jadi terbengkalai, ayah dan ibu kekurangan waktu untuk berkomunikasi, ibu kurang waktu untuk menemani anak yang lain, dan sebagainya.
Hasto Prianggoro / bersambung
KOMENTAR