Kini Bali Alus yang diusungnya mulai dikenal, bahkan melanglang buana hingga manca negara. Anda pun bisa menjadi suppliernya!
Awal mula membangun Bali Alus?
Orangtua saya di kampung adalah petani. Setiap bulan mereka mengirim rempah-rempah hasil kebun ke berbagai tempat. Bukan cuma Indonesia, tapi juga ke luar negeri seperti India dan Thailand. Ada cengkeh, jahe, temulawak, dan masih banyak lagi. Katanya sih, untuk bahan baku kosmetika dan berbagai produk perawatan tubuh.
Lalu?
Dari sini timbul rasa penasaran saya. Kok, kenapa bahan asli Indonesia dipakai untuk produk merek luar yang berarti akan ditempeli brand asing pula? Kenapa bukan kita sendiri saja yang olah bahan-bahan mentah ini hingga jadi produk perawatan tubuh dengan label asli anak Indonesia. Kan, lebih baik dan lebih besar pula nilainya.
Dari sini saya lalu mencoba-coba membuat sendiri beberapa jenis produk perawatan tubuh. Awalnya belum saya kasih nama atau label. Setelah benar-benar fokus di usaha ini, setelah lulus kuliah tahun 2008, baru saya namai Bali Alus.
Apa jenis produk pertama yang Anda buat?
Lulur-scrub. Baru kemudian minyak esensial, sabun, dan produk-produk lainnya. Karena waktu memulai saya masih kuliah, jadi hanya sempat mengerjakan di sela-sela waktu luang. Namanya juga coba-coba, lebih banyak gagal daripada berhasilnya.
Apalagi, saya melakukan semuanya sendiri, mulai dari riset, mencari bahan, meramu, eksperimen, sampai test produk. Makanya butuh waktu lama, bertahun-tahun, baru saya bisa membuat produk yang layak pakai.
Yang juga bikin lama, saya berkeras semua bahan serba tradisional dan asli. Saya ingin produk saya alami dan natural. Misalnya membuat sabun, saya benar-benar dari minyak kelapa murni tanpa campuran bahan kimia sedikit pun.
Berapa lama Anda harus bereksperimen hingga menemukan formula ramuan yang pas hingga bisa menghasilkan produk jadi?
Lama ya, dari saya mulai kuliah hingga lulus. Makan waktunya juga karena saya enggak cuma eksperimen bikin lulur-scrub saja, tapi juga produk-produk lain. Saya pikir sekalian saja. Biar nanti jadinya juga serentak, dan saya bisa mulai memasarkan dengan serius.
Kabarnya, latar belakang Anda tidak ada hubungannya dengan produk kecantikan, ya?
Betul, tidak ada sama sekali. Saya ini seorang arsitek (Kadek lulusan arsitektur Univesitas Udayana, Bali, Red). Semuanya hanya berbekal rasa suka, rasa penasaran, ditambah keinginan kuat saja.
Jadi saya cuma mengandalkan kekuatan sendiri dan belajar otodidak dalam semua hal. Internet dan buku-buku adalah alat utama saya mencari ilmu tentang pembuatan produk perawatan tubuh.
Sama sekali tanpa bantuan tenaga ahli?
Awalnya, saya benar-benar sendiri dan tanpa bantuan satu pun tenaga ahli. Paling saya diskusi dan tukar pikiran dengan kakak-kakak saya yang berdomisili di luar negeri (Kadek bungsu dari 5 bersaudara). Basicnya dari kecil saya sering memperhatikan orangtua dan nenek saya membuat ramuan lulur tradisional Bali yang disebut boreh.
Dulu, nenek membuat boreh dari campuran beras, jahe, cengkeh, diulek hingga menjadi pasta. Ini menginspirasi saya. Dengan bahan yang sama, tapi dimodifikasi dengan bengkoang, jadilah lulur scrub ala Bali Alus yang bisa memutihkan kulit. Jadi mulanya saya murni otodidak.
KOMENTAR