Pelajar kelas 3 SMP Kolese Kanisius, Jakarta, kelahiran Bandung, 28 Mei 1994, ini tak cuma jago Matematika. Ia juga kreatif membuat soal-soal Matematika yang kemudian diterbitkan menjadi 2 buku berjudul Soal-soal Unik Matematika beserta Solusi Alternatif Tobi.
Anak pertama pasangan Ir. Heruprajogo Moektijono dan Grace Oviana Suryadi, SE ini juga mencatat berbagai prestasi, antara lain meraih medali emas dan penghargaan teori terbaik pada International Mathematics and Science Olympiad tahun 2005, pemenang kedua Kontes Matematika di HongKong tahun 2007, peraih medali emas Olimpiade Sains Nasional tahun 2007 di Surabaya. Selain itu, Tobi tercatat di rekor MURI sebagai Pembuat Soal-soal Unik Matematika Termuda. Tahun 2006, ia juga mendapat penghargaan Satyalencana Wira Karya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Berikut wawancara NOVA dengan Tobi (T) yang didampingi sang ayah, Heruprajogo (H) dan sang ibunda, Grace (G).
Sejak kapan mulai suka Matematika?
T: Sejak kecil sudah suka.
G: Sejak usia setahun. Kalau saya bawa ke mal, ia selalu memilih dan minta mainan angka atau huruf, beda dengan anak kebanyakan yang biasanya suka mobil-mobilan. Di rumah, ia suka tempelkan mainan angka tadi ke sisi tempat tidurnya. Tapi, bukan asal tempel, ya. Ia bisa menempel sesuai urutan, dari 1,2,3, dan seterusnya.
Jadi, ia sudah kenal angka sejak kecil?
G: Awalnya, saya memang suka bikin gambar atau simbol lingkaran di bagian pinggir tempat tidurnya. Misalnya 1 bola, 2 bola, dan seterusnya. Bukan angka, ya, tapi lebih ke simbol. Nah, lama-lama ia tahu. Kalau dikenalkan ke angka, anak enggak bisa mentransformasikan, angka 1 itu apa, sih. Berbeda dengan simbol. Begitu pula membaca. Sejak kecil ia sudah bisa. Yang saya kenalkan ke Tobi bukan abjad, tapi kata. Misalnya, kata anak, ayam, dan sebagainya. Saya juga suka potongin gambar dari majalah, lalu saya perlihatkan ke dia. Misalnya, logo sebuah stasiun teve. Setiap kali ia melihat logo tersebut, ia bisa menyebut katanya.
Omong-omong, kenapa tertarik ke Matematika?
T: Soalnya enggak ada hapalannya. Lewat Matematika, saya juga bisa mengasah kreativitas dan kemampuan logika. Logika itu enggak hanya untuk Matematika saja, lho, tapi juga di kehidupan sehari-hari.
(Jawaban-jawaban Tobi memang selalu sarat dengan logika. Misalnya, ketika ditanya, apakah ia tidak bosan setiap saat ngurusin Matematika, remaja yang bercita-cita menjadi ahli genetika ini dengan lugas menjawab, "Sama saja dengan bernapas. Setiap saat bernapas, tapi kita enggak bosan, kan?")
G: Waktu itu kami memang sudah tahu Tobi minatnya ke angka, tapi kami belum tahu wadah yang tepat untuk mengembangkan minatnya itu. Nah, baru kemudian ketika duduk di kelas 4 SD, ia diikutkan lomba Matematika. Dan sejak kelas 5 SD, ia dikirim oleh sekolah ikut lomba. Biasanya, sekolah memang diundang Depdiknas setiap kali ada lomba. Sejak itu, ia terjaring Depdiknas mengikuti berbagai kompetisi Matematika tingkat Internasional.
Bagaimana awal mula pembuatan buku?
T: Saya memang suka bikin soal, kemudian saya jawab. Saya cari solusinya. Tapi, kadang-kadang saya cuma bikin soal, solusinya belakangan. Biasanya, soal-soal itu untuk latihan sendiri, sih.
H: Kalau lagi senggang, ia akan ambil pensil lalu corat-coret bikin soal. Lama-lama kok, banyak. Waktu masih TK kecil, ia sudah bisa menemukan rumus berhitung bilangan ganjil, lho. Waktu itu ia bilang, "Daddy, kalau 1+3+5+7+9 = 25, itu kan, sebetulnya urutan 5 angka dikuadratkan saja." Misalnya, 1+3+5+7...+91= (91+1:2) kuadrat. Saya tanya, lha kalau sampai banyak bagaimana? Ia bilang bisa, dengan rumus (bilangan terbesar+1:2) kuadrat. Ternyata setelah saya coba, benar juga. Maksudnya, enggak ada yang ngajarin, ia bisa explore sendiri. Ia coba-coba bikin soal sendiri.
Setelah itu?
T: Setelah itu, soal-soal itu ditunjukin ke Kepala Sekolah SD Santa Maria, namanya Suster Alexis. Beliau malah menyarankan supaya dibukukan saja. Alasannya, bisa berbagi ilmu dengan orang lain. Yang kedua, supaya ilmunya enggak hilang. Akhirnya, jadilah buku. Buku pertama dicetak waktu saya kelas 6 SD. Jadi, butuh waktu sekitar 1,5 tahun.
H: Waktu itu kami terbitkan sendiri, tepat 100 tahun Santa Maria. Kadang-kadang ada juga yang nanya, masak bener sih anak SMP bikin soal? Tapi karena Tobi memang punya prestasi di bidang Matematika, jadi ya enggak masalah. Kecuali kalau Tobi bikin soal asal-asalan, tanpa background yang kuat di bidang Matematika. Malah, bukunya Tobi sekarang sering dibawa Pak Ridwan (Ridwan Hasan Saputra, Msi. - pembimbing Tobi) saat mengajar para guru Matematika.
Buku kedua?
T: Buku kedua diterbitkan Mei lalu. Dari 130 soal, kemudian dipilih 80 soal. Kalau buku pertama, jumlah soalnya 100 dari 150 soal yang saya kumpulkan. Oleh editor, dipilih soal yang belum pernah ditulis oleh orang lain dan memiliki keragaman solusi jawaban. Buku-buku saya memang ditulis dengan solusi alternatif, karena satu soal bisa diselesaikan dengan bermacam-macam teknik jawaban.
Apa sih yang ditawarkan di buku ini? Apa bedanya dengan buku Matematika yang lain?
T: Soal-soal di buku ini kelihatannya susah, padahal tidak. Secara umum, soal Matematika dibagi dua, yaitu soal reguler (sesuai kurikulum) dan soal non-reguler. Soal non reguler ini merupakan pendalaman dari soal reguler dan lebih banyak ke arah logika. Nah, di buku pertama, soal-soalnya kebanyakan hanya logika, enggak ada rumus yang sulit-sulit. Di buku kedua, baru pakai rumus SD dan SMP, tapi aplikasinya bisa untuk siapa saja, enggak hanya untuk anak SD atau SMP.
H: Kalau orang nanya, buku ini sebetulnya untuk siapa, jawabannya untuk seluruh pencinta Matematika, tanpa batas umur. Karena lebih banyak logikanya. Bisa jadi, anak SMA pun belum tentu bisa mengerjakannya kalau tidak terbiasa dengan soal-soal logika. Tapi, anak SD yang terlatih dengan soal logika, pasti akan bisa menjawab meski butuh waktu.
Apa rencana ke depan?
T: Rencananya mau bikin buku ketiga. Yang jelas, buku pertama akan direvisi dan diterbitkan ulang. Kalau ada yang berminat, rencananya juga akan dicetak dalam bahasa Inggris dan diedarkan ke luar negeri. Di edisi revisi buku pertama nanti, uraiannya bakal lebih panjang lebar.
Selain membuat soal, sekarang sedang sibuk ngapain?
T: Saya sedang persiapan untuk mengikuti Olimpiade Sains Nasional Tingkat SMA di Makassar.
Karena tahun lalu sudah dapat emas tingkat SMP, maka tahun ini saya enggak boleh ikut kelompok SMP lagi. Jadi, saya ikut kelompok SMA.
G: Ia juga membantu mengajar anak-anak SD yang mau ikut olimpiade Matematika. Sebetulnya enggak cuma anak SD, beberapa orangtua temannya juga minta bantuan Tobi untuk mengajar Matematika anak-anak mereka. Istilahnya sih, belajar bersama. Ia sekarang juga jadi motivator, lho. Kalau ada orang tua yang anaknya punya masalah dengan Matematika, bisa kontak Tobi.
Omong-omong, bagaimana cara mengajarnya?
H: Saya pernah "ikut" kelasnya. Ternyata ia memang bisa mengajar. Apa yang ia ajarkan gampang diikuti. Biasanya, ia berikan pengertian dasarnya dulu, baru kemudian solusi.
G: Kata orangtua teman-temannya juga begitu. Tobi ngajarnya enak... hehe.
Selain bikin soal, hobi lainnya apa?
T: Saya suka berenang dan main catur.
H: Ia ini juga suka iseng. Suka nggelitikin orang. Koleksi humornya juga banyak.
Hasto Prianggoro
KOMENTAR