Kenapa tertarik ke ilmu anti-aging?
Waktu masih kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Atmajaya, nenek saya kena stroke sampai 3 kali hingga akhirnya meninggal, padahal sudah ditangani oleh ahlinya. Beliau memang doyan makan enak dan tidak suka olahraga. Buat saya itu hanya menyisakan kesedihan. Tapi, begitu papa saya kena stroke juga 7 tahun lalu, saya seperti terbangun dan tersadar, "Oh, penyakit ini sangat berbahaya." Papa saya dulu perokok. Begitu kena stroke, ia total berhenti merokok. Dari yang tadinya enggak mau periksa lab, harus diperiksa lab setiap hari. Sangat berat. Bukan salah dokternya, tapi memang ilmu kedokteran hanya sampai di situ, tidak bisa membuat seseorang yang sudah sakit dan tua dimudakan kembali.
Setelah saya belajar anti-aging, saya sadar ternyata ada ilmu yang bisa membuat sel-sel tubuh muda kembali dan hormon tubuh diperbaiki lagi. Jadi, bukan lagi menggunakan fenomena lama yang menunggu sakit datang, baru diobati. Sebelum kita sakit yang ada gejalanya, kita sudah investasikan kesehatan. Dari hal-hal sepele saja, seperti mengganti nasi putih dengan nasi merah, makan buah 19 porsi seminggu. Gampang, kan?
Pasien yang datang ke saya rata-rata dalam keadaan fisik oke, masih meeting, prestasinya bagus, punya macam-macam, tapi kalau dibiarkan, 10-20 tahun ke depan mereka bakal kena penyakit degeneratif juga. Nah, ilmu kedokteran anti-aging bisa membuat angka harapan hidup lebih tinggi, tapi bukan dimudakan, ya.
Jadi, anti-aging itu sebetulnya apa?
Bicara anti-aging sebetulnya bicara teknologi dan multidisiplin ilmu. Saya percaya umur di tangan Tuhan, tapi bagaimana kita meninggal nanti, kita yang menentukan. Misalnya perokok, enggak olahraga, perut makin gendut, itu adalah pilihan kita. Jadi jangan minta, "Ya Tuhan, jadikan saya tetap oke di usia 70." Pasti enggak oke, karena yang dipilih adalah gaya hidup yang tadi itu.
Tapi, kalau dari sekarang tidak merokok, olahraga, istirahat cukup, memilih makanan sehat, kita masih boleh berharap di usia tua nanti tidak menyusahkan anak cucu. Sekarang yang ada orang menjual mobil, mengorbankan pendidikan anak untuk membiayai pengobatan dan sakitnya orang tua. Karena kalau tidak membantu, kita merasa berdosa. Anti-aging bisa menyelamatkan banyak jiwa, bisa membuat orang lebih memikirkan pendidikan anak, dan bukan membiayai ICU atau biaya RS.
Anda juga praktikkan sendiri anti-aging?
Ya, inilah bedanya ilmu anti-aging dengan ilmu lain. Kedokteran anti-aging bisa dipraktikkan sendiri oleh dokternya. Beda dengan dokter jantung yang enggak bisa merasakan sakit jantung dulu, misalnya. Saya pakai human growth hormone (HGH). Saya berolahraga dan juga makan nasi merah sebagai pengganti nasi putih. Saya ingin memberi contoh ke pasien. Makanya, pasien perempuan saya suka minta lihat perut saya. Six packs sih, enggak, ya four packs lah... hehe.
HGH sendiri apa, sih?
HGH adalah hormon pertumbuhan yang proses pembuatannya di laboratorium medis tetapi berasal dan identik/sama persis dengan hormon pertumbuhan (GH) manusia normal. Inilah yang disuntikkan jika orang kekurangan GH dan terbukti sangat aman jika dilakukan dengan prosedur yang benar.
GH adalah hormon pertumbuhan yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis di otak. Fungsinya untuk pertumbuhan sel sel, pertumbuhan tinggi badan dan perbaikan jaringan tubuh. Pada masa anak-anak berfungsi membuat tubuh anak menjadi tinggi dan besar. Kadar GH paling tinggi saat usia menjelang pubertas. Jika kadar GH tidak cukup, maka anak menjadi kerdil, tingginya jadi kurang dibanding anak normal.
Pada orang dewasa, kekurangan GH biasanya ditandai oleh kemampuan fisik menurun, mulai mudah lelah, capek-capek, pelupa, sulit konsentrasi, lemak bertambah, kadar kolesterol meningkat, gangguan sendi, dan sebagainya.
Bagaimana pasien anti-aging ditangani?
Pertama konsultasi dulu. Setiap orang pasti punya keluhan. Sebetulnya, sejak lahir proses penuaan sudah dimulai. Tapi kita ambil saja usia 25-30 tahun di saat kadar HGH mulai turun. Selama menurun, massa otot akan mulai beda, makan sedikit saja perut buncit, kulit mulai kerut-kerut.
Setelah itu, kita tanya riwayat penyakit pasien, karena ada defisiensi hormon yang dimulai sejak kecil. Setelah hasil pemeriksaan lab keluar, baru kita melakukan treatment, mulai dari makanannya sampai ke pemberian hormon kalau perlu. Kita berusaha memberikan saran ke pasien yang kira-kira bisa mereka ikuti. Karena kalau tidak, ya percuma.
Kita memberikan tambahan suplemen, antioksidan, atau hormon sesuai dengan protokol kedokteran anti-aging. Yang diberikan pun bukan dosis doping, tapi dosis optimal dan hanya menggunakan hormon yang sama persis dengan yang ada di tubuh, bukan sintetis. Bahkan kalau bisa diperoleh dari makanan, itu yang kita berikan.
Anda enggak pernah menolak pasien. Kenapa?
Saya pernah punya pengalaman buruk. Ketika masih kuliah, saya pernah datang ke dokter karena demam, tapi dokternya menolak karena katanya sudah dijemput. Setelah itu saya janji pada Tuhan, tidak akan menjadi dokter seperti itu. Dan ternyata sampai hari ini saya masih bisa pegang janji itu. Sudah sakit, susah, duit enggak punya, ditolak dokter pula. Saya enggak mau pasien saya merasa seperti itu. Bahkan kalau saya lagi praktik, anak saya pun enggak boleh manggil atau telepon. Dia hanya boleh kasih pesan tertulis.
Harapan Anda di bidang anti-aging apa?
Saya berharap kita punya lebih banyak klinik anti-aging supaya bisa dibagi. Lewat IAAM, saya juga ingin mendidik lebih banyak dokter untuk belajar ilmu ini.
Anda sangat menjaga penampilan, ya?
Saya memang glamor, saya dandan, saya punya apa yang perempuan suka, tapi sebetulnya hati saya bukan seperti itu. Saya perempuan yang suka masak, suka bersihin rumah. Menurut saya, perempuan memang harus bisa dinikmati oleh 5 pancaindera. Indah dilihat mata, punya aroma tubuh yang enak dicium, suara yang indah didengar, kulit yang halus, dan mampu bikin masakan yang enak. Buat saya, cantik juga harus sehat dan kuat. Harus ada strong-nya. Kalau dulu, cantik itu kan, twiggy. Sekarang enggak. Harus punya muscle dan brain.
Apa kegiatan Anda yang lain?
Sekarang saya sedang ambil program anti-aging medicine specialization di Paris. Saya satu-satunya dari Indonesia, lho. Karena itu saya mendorong teman-teman dokter untuk ambil juga. Suka juga suka scuba diving, membaca, memasak, dan merangkai bunga. Saya tahu lho, ternyata bunga mawar itu tempatnya selalu di atas. Selain itu, kalau sedang libur, saya habiskan liburan bersama suami saya, Ivek Vinski yang berdarah Inggris - Kroasia, dan anak saya, Natasha Vinski.
Omong-omong, bagaimana kabar Ayah Anda sekarang?
Setelah saya ikut tangani dengan kedokteran anti-aging, Ayah saya sekarang bisa nyetir sendiri, terbang sendiri kemana-mana. Usianya 70 tahun, tapi masih kuat berhubungan seks 3 kali seminggu. Kata ibu saya, "Mudah-mudahan kamu enggak punya adik baru...hehe."
Hasto Prianggoro
KOMENTAR