Wanita kelahiran Jakarta, 37 tahun silam ini, merupakan founder totok aura. Lewat Dian Kenanga, ia mampu menarik orang untuk mencoba totok yang memiliki banyak manfaat ini. Meski sudah berhasil, ia tak segan turun langsung menangani klien.
Totok aura itu sebetulnya apa, sih?
Totok aura adalah suatu metode terapi yang menggunakan media bioenergi prana yang dialirkan melalui teknik penekanan jari pada titik-titik akupresur di seluruh tubuh dan wajah. Totok aura kita bagi menjadi totok aura wajah, totok aura tubuh plus organ intim, totok aura getar saraf dan payudara.
Yang dimaksud aura sendiri apa?
Secara keilmuan, aura adalah medan energi elektromagnetik tubuh yang ada di sekujur tubuh, tak hanya di wajah, yang melindungi tubuh dari segala bentuk energi negatif. Letaknya 5 - 8 cm di luar lingkaran tubuh dan sifatnya tak kasat mata, tapi bisa dirasakan. Secara harfiah, aura artinya energi yang selalu riang gembira atau dinamis. Tapi sulit ya, untuk selalu riang gembira. Pasalnya, aura sangat berhubungan erat dengan banyak aspek.
Aspek apa saja?
Yang pertama aspek atau kondisi spiritual. Ini bukan wilayah totok aura, tapi sangat hakiki dalam menentukan aura seseorang. Yang kedua wilayah fisik yang erat berhubungan dengan kesehatan organ-organ utama tubuh. Misalnya peredaran darah lancar, sirkulasi oksigen baik, dan sebagainya.
Yang ketiga aspek non-fisik atau kondisi emosional. Faktor emosi ini penting karena sangat berpengaruh terhadap aura seseorang, misalnya marah. Pada saat marah, wajah kita pasti akan terlihat tidak menarik, kan? Dengan totok aura, emosi buruk akan dibuang sehingga menjadi lebih baik. Hasilnya, aura pun jadi lebih baik. Marah merupakan salah satu produk stres.
Nah, kita enggak bisa menghilangkan stres, tapi menghilangkan atau meminimalisir produk stres bisa.
Di luar 3 aspek tadi, ada banyak faktor eksternal yang juga memengaruhi kesehatan aura, seperti pola makan, pola tidur, pola pikir, dan sebagainya.
Jadi, tujuan totok aura adalah menyehatkan kembali aura?
Ya, dengan jalan mengembalikan format ideal sistem kerja organ utama tubuh. Memang, hasilnya enggak bisa langsung terlihat. Misalnya kerja jantung, peredaran darah, paru, dan sebagainya. Tapi, pasti akan jauh lebih baik ketimbang sebelum ditotok. Juga jauh lebih rileks, badan lebih nyaman.
Manfaat lainnya?
Banyak sekali efek domino totok aura. Misalnya mengurangi sinus, mengatasi mens yang enggak lancar, vitalitas, bahkan insya Allah membantu pasangan yang sulit punya anak.
Anak-anak juga bisa ditotok?
Bisa. Di sini banyak anak-anak eks pecandu narkoba dan anak-anak autis. Penginnya sih, nanti ada totok aura khusus anak-anak.
Metode totok aura sendiri seperti apa, sih?
Sebetulnya, totok aura sangat sederhana. Kita menstimulasi titik-titik ekupoint dengan tenaga prana. Rujukan dari setiap titik yang ditotok adalah titik-titik dalam akupunktur. Ada 14 jalan meridien dengan 2000 lebih titik. Nah, kita hanya ambil sekitar 365 titik utama yang berhubungan langsung dengan organ utama tubuh seperti jantung, ginjal, pankreas, paru, kandung kemih, dan sebagainya.
Kalau akupunktur pakai jarum, kita pakai hawa atau energi prana. Energi ini diperoleh lewat latihan bioenergi yang sebetulnya dimiliki setiap orang sampai ke level pengobatan. Percaya atau tidak, hawa murni kita punya kekuatan luar biasa untuk menyembuhkan penyakit seseorang. Oleh karena itu, terapis di sini harus mampu menggunakan teknik prana. Kita latih. Stimulasi dengan tekanan jari (finger pressure) yang sudah dialiri bioenergi prana ini bisa menembus sistem saraf paling dalam.
Jadi, totok aura ini sebetulnya sangat sederhana, ya?
Ya, sangat sangat sederhana. Orang datang mungkin bayangannya ditotok itu sakit atau bakal ketawa terus seperti di film-film kungfu. Ada juga yang bilang, Dian Kenanga ini terapi pasang susuk. Soalnya, ada selebritis yang jadi pelanggan saya tanya, "Tante, ini pakai susuk ya?" Saya tanya kenapa. "Soalnya ada yang bilang, 'Kamu kok belum make up kok sudah beda. Pakai susuk, ya?'" Saya bilang, enggak ada susuk.
Yang dilakukan adalah membuka jalan darah, mengaktifkan medan energi elektromagnetik tubuh. Begitu range medan energi sudah luas, maka orang lain akan melihat refleksi itu. Secara fisik, tampangnya mungkin biasa, tapi kenapa ya, kok, asyik kalau ngobrol? Nah, hal-hal seperti ini yang membuat saya yakin bahwa totok aura ini bukan cuma bisnis breakdance, bisnis musiman. Kalau orang sudah bisa merasakan dengan keyakinan, dengan strength of mind, maka terapi apa pun, akan bisa optimal dan terus dicari.
Soal kualitas sepertinya sangat penting. Kenapa?
Ya, kita bukan cuma buka warung makan, yang kalau kurang pedas bisa ditambah cabe. Kita bicara soal rasa hati orang. Lihat saja tamu yang datang, mereka rela menunggu berlama-lama. Apalagi kalau Sabtu - Minggu, bisa ratusan tamu. Saya sangat berhati-hati, karena ngopeni orang. Ketika seseorang pergi ke terapi, barangkali ia akan merasa secara fisik sama. Tapi, kalau bicara manfaat tentu beda.
Terapis di sini harus berlatih prana, minimal seminggu sekali. Sebagai gambaran, ada terapis yang sudah 1,5 tahun di sini belum saya kasih pegang totok aura wajah, karena prananya belum sampai di level itu. Kami di sini juga harus bicara dengan volume setengah suara, nyaris bisik-bisik. Bahkan kami sudah membuat istilah atau isyarat tangan di antara kami supaya tidak menimbulkan suara yang bisa mengganggu tamu.
Bagaimana awal mula Anda membuka Dian Kenanga?
Saya pernah memegang manajemen sebuah gerai kecantikan yang sudah sangat terkenal selama hampir 4 tahun. Di sana ada totok wajah, totok langsing, dan sebagainya. Kebetulan, background saya dari prana. Jadi, ketika pegang dapur yang kebetulan mengolah totok wajah, keinginan saya adalah bagaimana totok tidak ditinggalkan. Caranya dengan menggabungkan dengan prana. Kebetulan, waktu itu lagi booming treatment yang high tech.
Ternyata respon dari pelanggan cukup bagus. Sayangnya, saya mendapat resistensi dari manajemen. Saya maklum. Salah satu alasan mereka, takut nanti dikira mistik karena pakai label "aura." Padahal, aura enggak ada hubungannya sama mistik atau klenik. Selain itu, juga soal cost, karena untuk totok aura, SDM-nya harus bisa prana, misalnya.
Setelah itu?
Akhirnya saya membuka Dian Kenanga tahun 2004 sebagai bentuk aktualisasi saya. Tanpa bermaksud sombong, saya ingin membuktikan bahwa metode totok aura ini sangat simpel, sesimpel judulnya, tapi manfaatnya luar biasa.
Awalnya, saya sewa kos-kosan dua kamar di daerah Ampera, Jakarta Selatan, hanya dibantu 3-4 karyawan. Susah dijelaskan kenapa, tapi waktu itu saya memang mau yang sederhana saja, padahal ada keluarga yang nawarin bantuan modal. Tamu-tamu awal saya antara lain Ulfa Dwiyanti.
Nah, dari promosi mulut ke mulut itulah, kemudian Dian Kenanga berkembang. Saya selalu bilang ke tamu, cobain dulu manfaatnya. Sekarang, ada 16 kamar dengan 22 bed, dengan 74 karyawan. Rencananya mau buka di daerah Pejaten.
Arah pengembangan bisnisnya ke mana, sih?
Tujuan bisnis kita sebetulnya bukan soal memperbanyak gerai. Kalau mengejar uang semata, bisa saja buka 4 atau 5 gerai. Kalau pun nantinya ada gerai Dian Kenanga dimana-mana, itu dalam rangka memperluas manfaat. Kalau asal buka, kualitas pasti enggak bisa dijaga. Padahal, yang mahal adalah kualitas. Makanya, meskipun ada kerjasama bagi hasil, tetap pengelolaan di tangan kita.
Sebagai founder totok aura, Anda khawatir enggak dengan banyaknya gerai totok aura sekarang ini?
Saya senang karena nama totok aura sudah dipakai. Tapi, saya lebih senang kalau konsep dasarnya juga diikuti. Misalnya, terapisnya dilatih prana.
Masih turun tangan menangani tamu?
Alhamdulillah masih. Saya masih terus mengasah diri. Saya suka belajar, iIlmu penyembuhan lain pun saya pelajari.
Omong-omong, pembagian tugas dengan suami Anda, Drs. Aria Abiasa Taufik, di Dian Kenanga bagaimana?
Suami saya lebih ke busines development, marketing, dan operasionalnya. Dia juga lebih banyak menggunakan rasio, sementara saya lebih banyak mengandalkan hati atau feeling. Contohnya soal memilih lokasi gerai baru di Pejaten. Meski secara itung-itungan bisnis kurang bagus, tapi saya tetap memilih lokasi di sana. Biasanya, intuisi saya tepat, sih... hehe.
Keluarga juga suka ditotok?
Ya, tapi beberapa bulan ini saya jarang menotok mereka, karena sangat sibuk. Keempat anak saya juga suka ditotok. Yang paling kecil malah sepertinya menuruni bakat saya. Tangannya kuat sekali, padahal baru 8 tahun, cewek. Ia juga tahu, misalnya ia nanya, "Ibu lagi ini atau itu, ya?"
Hasto Prianggoro
Foto: Daniel Supriyono, Dok. Pribadi
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR