Namun si kecil Mira yang akan berulang tahun ke-2 tetap menggelengkan kepala. "Enggak mau! Enggak mau!" tolaknya sambil setengah menangis. Sementara sang ibu berusaha terus membujuknya sampai akhirnya pecahlah tangis gadis kecil itu dan ibu pun angkat tangan.
Banyak kejadian seputar konflik pemilihan busana yang dimulai di usia batita. Intinya, menolak memakai baju yang kita sodorkan. Bukan hanya saat akan merayakan pesta ulang tahunnya, tapi juga ketika kita akan mengajaknya pergi ke suatu undangan pernikahan, makan malam, dan momen penting lainnya seperti perayaan hari raya keagamaan.
KEINGINAN WAJAR ORANGTUA
Sebetulnya, bukan hal yang salah jika orangtua ingin mendandani si kecil dengan baju yang dianggap bagus di momen-momen tertentu. Katakanlah, baju model putri-putrian untuk si Upik dan baju gamis atau setelan jas untuk si Buyung. Kemudian mereka diberi pernak-pernik, apakah itu jepitan rambut, ikat rambut, ikat pinggang, dasi, syal, atau topi. Suatu keinginan wajar dari orangtua untuk membuat anaknya yang lucu berpenam- pilan lebih baik, lebih cantik atau ganteng.
Hanya saja, tak semua anak suka dengan upaya yang dilakukan orangtua tersebut. Tentunya semua ini tergantung pada masing-masing anak. Ada anak yang memang tak masalah, malah merasa senang, dan menurut saja mau didandani apa pun oleh orangtuanya. Tapi, ada anak-anak yang memang tak suka jika dipakaikan baju tertentu atau didandani seperti yang dikehendaki orangtua. Nah, kerap kali akhirnya timbul masalah dengan orangtua.
SIKAPI DENGAN BIJAK
Tak perlu marah apalagi sampai memaksa jika si kecil menolak dipakaikan baju tertentu. Sikapi dengan bijak melalui langkah-langkah berikut:
1. Cari tahu penyebab penolakannya
Di usia batita, penyebab penolakan ini bukan karena rasa malu yang muncul, tapi lebih karena anak memang merasa tak nyaman dengan baju yang ditawarkan orangtuanya. Mungkin anak merasa gatal dengan bahan bajunya, merasa kepanasan dengan model dan bahan baju tertentu, atau memang tidak menyukai warna, corak, potongan, atau modelnya. Sering kali apa yang dipandang orangtua sudah cukup baik, ternyata tidak demikian bagi anak. Oleh sebab itu, orangtua juga perlu memerhatikan kenyamanan pakaian yang ditawarkan kepada anak dan bagaimana cara menyikapinya dengan baik seandainya ditolak.
2. Berikan penjelasan
Lalu, kemukakan alasan mengapa orangtua menginginkan anak memakai baju pesta. Tentunya dengan bahasa yang mudah diterima anak. Contoh, "Hari ini ulang tahunmu. Adek, kan, mengundang teman-teman untuk sama-sama bersyukur. Teman-teman akan senang melihat Adek tampil cantik dengan pakaian seperti putri raja." Atau, "Kita mau ke pesta Om Rudi, Sayang.
Untuk menghormati orang yang mengundang kita, maka kita harus berpakaian yang baik. Tentunya Adek juga pakai baju yang bagus. Ibu dan Ayah juga pakai baju bagus. Kalau Adek pakai baju jelek, orang yang mengundang Adek tidak merasa dihargai." Dengan adanya penjelasan ini, anak akan mengerti mengapa dia harus melakukan apa yang dikehendaki orangtuanya, tidak sekadar patuh tanpa tahu alasannya.
3. Berikan pilihan
Bila memang anak tak ingin mengenakan pakaian yang disodorkan orangtua dan alasan si kecil cukup jelas, semisal karena bahannya terasa gatal di badan, maka jangan dipaksakan. Orangtua harus bersikap fleksibel. Pilihkan pakaian lain yang sama bagusnya. Libatkan anak untuk menentukan pilihannya.
Jika anak memilih busana yang tidak sesuai, misalnya singlet untuk pergi ke pesta, tentu orangtua tidak diharuskan menuruti begitu saja keinginannya. Anak tetap harus diberi penjelasan dan tahu aturan bahwa untuk pergi ke acara pesta harus mengenakan pakaian yang pantas. Jadi, bila masalahnya memang mendasar, anak harus tetap ikut aturan.
KOMENTAR