Entah dia keras kepala atau pura-pura tak punya telinga. Kok sulit sekali membuat si prasekolah mau mendengarkan kita ya.
"Sayang, Mama kan sudah bilang, kalau habis minum, gelasnya langsung ditaruh di dapur dong. Biar bisa dicuci Mbak," ujar Karina pada Riani. Namun, si 4 tahun itu bergeming dan tetap asyik dengan teddy bear pink-nya. Karina yang berusaha memahami putrinya mencoba bersabar lalu dengan iseng ibu 2 putri itu berkata, "Riani ikut Mama belanja yuk! Serta merta anaknya yang duduk di TK A itu melempar bonekanya dan langsung menggandeng lengan sang bunda. "Yuk, Ma! Sekarang, ya!" ujar Riani dengan riang.
Nah, kena deh! Ternyata telinga Riani pilih-pilih saat mau mendengarkan. Kalau hal-hal yang menyenangkan, responsnya langsung positif. Tapi uh, jangan harap deh kalau dia dimintai tolong ini-itu apalagi kalau disuruh dengerin nasihat yang panjang lebar. Kalaupun mau mendengar, biasanya sih masuk telinga kiri keluar telinga kanan.
Anak prasekolah umumnya memang sudah bisa memahami perkataan orang lain dengan baik. Tapi kalau dia berlaku seperti Riani (merespons hanya untuk hal-hal yang menguntungkan dirinya saja) lantaran karena mereka masih memiliki sifat egosentris. Ini menjawab mengapa anak 3-5 tahun tak melulu mau mendengar perkataan orangtua.
LIHAT SITUASI DAN KONDISI
Jadi bagaimana dong biar si prasekolah mau mendengarkan kita? Berhubung anak hanya mau mendengar hal yang menurutnya menyenangkan, cara kita menyampaikan isi pesan perlu diubah sehingga tak terkesan memerintah, menyuruh, menegur, ataupun melarang. Coba saja pada anak yang sedang asyik nonton teve, mana mau dia mendengarkan permintaan kita untuk mematikan teve, karena itu mengganggu kesenangannya.
Jadi? Yuk kita bersama-sama belajar bagaimana berbicara dengan si prasekolah. Berikut kiat-kiat yang disarankan psikolog Sritje H. Hikmat, Psi:
* Ketahui kemampuan pemahamannya
Misal, orangtua bertanya, "Kenapa kamu melakukan itu?" Barangkali akan lebih enak bila mengatakan, "Ibu ingin tahu apa yang baru kamu lakukan itu." Kalimat yang bernada menghakimi, mengancam, atau bahkan menuduh, membuat anak terpojok. Ketimbang bilang, "Kamu harus tidur siang," coba katakan, "Kamu, kan, sejak pagi capek main. Sepertinya, sih, sekarang enakan tidur siang deh." Hindari berkata, "Kamu harus membereskan mainan," gantilah dengan, "Yuk, ibu bantu kamu untuk membereskan mainanmu."
Jangan ucapkan kalimat bertanya yang mendorong anak berkata tidak. Misal, "Mau enggak kamu membereskan mainanmu?" Tapi cukup katakan, "Sayang deh kalau mainanmu berantakan di mana-mana. Kita bereskan yuk!" Ingat, anak tak mau diperintah. Daripada mengatakan, "Awas, makan jangan sampai berantakan, ya. Habis makan, taruh piring di tempat cucian," lebih baik ucapkan, "Sayang, coba di mana sebaiknya kamu menyimpan piring ini?" Dengan begitu, anak juga belajar untuk berpikir mencari solusi.
Berbicaralah dengan kalimat-kalimat yang tak sekadar menjurus pada jawaban ya atau tidak. Contoh, "Senang di sekolah tadi?" alternatif yang lebih bijak adalah, "Tadi main apa yang seru di sekolah?" Setelah itu, bicarakan topik-topik yang menarik bagi si prasekolah.
* Gunakan kalimat pendek
KOMENTAR