Ibu yang Over Service
Banyak orangtua bekerja yang mencoba "membayar" utang dengan memaksimalkan hari Sabtu dan Minggu. "Bonding itu harus dilakukan setiap hari," ujar Rustika tegas. Begitu juga orangtua yang mencoba melakukan bonding dengan buah hatinya sepulang bekerja. "Pasti tidak akan maksimal. Apalagi di kota besar seperti Jakarta. Pulang pukul 5 sore kena macet, sampai rumah sudah larut malam, capek, langsung tidur. Pergi bekerja, anaknya belum bangun," ujar Rustika.
Sebetulnya, dari diri Si Ibu itu juga muncul rasa bersalah. Contohnya ketika weekend. "Para ibu ini akan muncul menjadi ibu yang over service. Apa-apa diurusin, apa-apa dikasih. Kan, tidak sehat juga pola asuh seperti ini. Tidak seimbang," lanjutnya. Jadi, tetap saja dibutuhkan pengorbanan kalau orangtua ingin anak menjadi cerdas secara intelektual dan tumbuh berkembang optimal.
Orangtua Childish
Sekarang, banyak muncul sindrom Cinderella dan sindrom Peter Pan menerpa orangtua baru. Sindrom Cinderella adalah sindrom di mana wanita membayangkan perkawinan adalah ketika ia diambil oleh seorang pangeran baik hati yang akan membuatnya bahagia selamanya. Padahal, kebahagiaan harus diusahakan bersama antara suami dan istri. Sementara sindrom Peter Pan adalah ketika laki-laki, yang karena kultur, kemudian menjadi childish meski sudah menikah. Terlebih kultur di Indonesia mengajarkan lelaki, apalagi jika sudah menikah, dilayani oleh perempuan.
Alhasil, Si Perempuan tidak siap melayani, sementara Si Lelaki ingin dilayani. Akibatnya, muncul dua orang yang menikah tapi sama-sama egois dan kekanak-kanakan. "Mereka belum selesai dengan diri mereka sendiri dan pada saat yang sama harus menumpahkan perhatian pada anak," jelas Rustika. Terlebih di Indonesia, ada nenek yang baik hati, ada pembantu, atau ada baby sitter yang mau menangani. Akibatnya, orangtua terus terlena dengan sifat kekanak-kanakan dan tidak berkembang menjadi pribadi orangtua yang seharusnya. "Ini akan terbawa terus sampai anak remaja. Banyak orangtua yang masih childish. Padahal, bonding yang sebenarnya butuh kerelaan Si Ibu untuk menumpahkan perhatian, waktu, dan tenaganya bagi anak."
Hasto Prianggoro
KOMENTAR