Tabloidnova.com - Selama ini Kalyanamitra yang sangat berkonsentrasi pada isu-isu gender serta kekerasan seksual terhadap perempuan, lebih banyak melakukan aksi dan kampanyenya melalui seminar, diskusi publik, serta kegiatan edukatif lainnya dalam menyuarakan ketidakadilan bagi perempuan.
Menurut Ketua Kalyanamitra, Listiyowati, sejauh ini Kalyanamitra belum pernah membuat film animasi sebagai media kampanyenya. Kendati sebelumnya pernah membuat beberapa film dokumenter terkait isu ketidakadilan terhadap perempuan.
Dalam acara peluncuran film dan diskusi publik bertema "Kekerasan Seksual terhadap Perempuan & Anak" yang didukung penuh oleh Kedutaan Besar Kanada untuk Indonesia di Hotel Sari Pan Pasifik, Jakarta, Listiyowati mengatakan, "Kami buat film animasi ini sebagai bentuk edukasi dan kampanye atas tindak kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak yang kasusnya seperti bola salju."
Alasan Kalyanamitra kini membuat film animasi, kata Listiyowati, agar lebih dimengerti dan dipahami, serta pesannya mudah sampai kepada siapa saja dari berbagai kalangan. Film animasi yang baru diluncurkan ini dibuat oleh sineas bernama Harry yang sudah kerap bekerja sama dengan Kalyanamitra dalam pembuatan film-film dokumenter.
Dan film animasi yang diberi judul Kisah Mela dan Miko ini mengisahkan tentang muda-mudi yang baru saja menjalin hubungan sejak berkenalan melalui media sosial Facebook. Kisah Mela dan Miko ini, urai Listiyowati menggembarkan betapa kekerasan seksual dalam hubungan berpacaran sangat rentan terjadi.
"Dalam relasi pacaran, pihak perempuan cenderung jadi korban, dipaksa melakukan tindakan menjurus hingga ke hubungan seksual oleh pacarnya dengan alasan cinta. Padahal sebenarnya, dipegang-pegang saja kalau pihak perempuan tak menghendaki, sudah terjadi pelecehan seksual," papar Listiyowati.
Kendati kisah film animasi ini menyoroti soal adanya paksaan yang dilakukan Miko terhadap pacar barunya, Mela, yang masih remaja, namun Listiyowati mengatakan, target penonton film animasi ini tak hanya untuk para remaja dan ABG saja, melainkan bagi siapa saja, termasuk para guru dan orangtua.
"Pada awalnya kami merencanakan akan membuat satu film berisi tiga isu utama soal kekerasan seksual. Pertama, kekerasan seksual di dalam transportasi publik. Kedua, kekerasan seksual di tempat kerja. Ketiga, kekerasan seksual dalam berpacaran."
Akan tetapi, Listiyowati mengatakan, khawatir durasi film terlalu panjang dan membingungkan bagi penonton sehingga pesannya jadi tak sampai. Maka, Listiyowati lebih dulu membuat film animasi tema ketiga, dengan alasan kasus kekerasan seksual di kalangan remaja yang berpacaran sudah sangat memprihatinkan, namun korban lebih banyak diam.
"Kami berharap, akan dibuat film selanjutnya yang mengangkat dua tema lainnya. Sementara itu Kisah Mela dan Miko juga diharapkan bisa memberikan pesan kepada anak remaja agar terhindar dari kekerasan seksual yang mungkin akan dialaminya, juga bagi keluarga agar lebih menyadari seperti apa kehidupan remaja saat ini," pungkas Listiyowati.
Intan Y. Septiani/Tabloidnova.com
FOTO: INTAN Y. SEPTIANI/NOVA
KOMENTAR