Mengajar, praktik, dan berbicara di berbagai seminar menjadi bagian hari-harinya. Dosen cantik ini juga sering diminta jadi narasumber di berbagai media.
Kegiatan Anda padat banget, ya?
Begitulah. Selain mengajar di Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya, Jakarta, sebagai psikolog anak saya juga praktik di Pela 9 dan LPT (Lembaga Psikologi Terapan) Universitas Indonesia. Hari Sabtu dan Minggu, saya sering diminta berbicara dalam seminar-seminar yang membahas persoalan anak dan remaja. Saya juga aktif sebagai salah satu pengasuh di www.curhat.net.
Di seminar, baik di dalam kota maupun luar kota, saya biasa membahas persoalan anak dan remaja. Untuk anak, biasanya soal autisme, kesulitan belajar, depresi pada anak, perkembangan anak, dan topik-topik lain. Terkadang, setelah seminar langsung dilanjutkan dengan konsultasi.
Apa yang biasanya dikonsultasikan?
Banyak. Para orangtua sering menanyakan soal saling iri antara adik-kakak, anak tidak disiplin, anak suka memukul orangtua, atau si anak meminta sesuatu dengan berteriak atau menangis. Sampai pertanyaan yang mengarah pada gejala-gejala yang kami sebut sebagai gangguan perkembangan. Misalnya autisme, hiperaktivitas, speech delay (keterlambatan bicara).
Persoalan anak ternyata banyak, ya?
Memang. Ada yang karena inkonsistensi pola pengasuhan, mengakibatkan perilaku pada anak itu tidak sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya anak yang melawan orangtua, itu ternyata karena orangtua mudah luluh. Aturan-aturan enggak dipakai lagi. Lama-lama wibawa orangtua turun. Otomatis anak akan memakai kelemahan orangtua itu sebagai senjata.
Jalan keluarnya ?
Pastinya perubahan dalam pola pengasuhan. Misalnya pengasuhan yang konsisten, lebih demokratis, dan menghargai kebutuhan anak. Kadang orangtua memakai kacamatanya, enggak bisa memahami apa, sih, yang dipikirkan anak.
Banyak yang konsultasi tentang pendidikan anak?
Pastinya iya. Sekarang, kan, anak usia 7 tahun baru masuk SD. Tapi, ada yang usianya di bawah 7 tahun sudah bisa masuk SD. Yang saya sampaikan kepada orangtua, ada 7 aspek kematangan sekolah.
Yaitu perkembangan fisik yang matang, tidak lagi tergantung pada orangtuanya, tertarik pada kegiatan belajar, mempu menyelesaikan tugas, adanya ketekunan yang konsisten, keteraturan dalam pola berpikir, bertindak dan berperilaku dalam lingkungan sosial, serta memiliki kapasitas intelektual dan kemampuan formal maupun informal lain yang menunjang keberhasilan anak di tingkat SD. Apabila ketujuh aspek ini sudah dimiliki anak, maka anak dapat dipertimbangkan untuk masuk ke tingkat SD.
Sekarang ini banyak play group. Usia berapa sebaiknya anak mulai dimasukkan ke sana?
Kembali ke minat anak. Ada anak umur 2 tahun minat sekolahnya sudah tinggi. Enggak apa-apa, sih. Tapi perlu dilihat, ketika si anak bangun tidur, apakah dia antusias untuk sekolah atau tidak. Lantas, sepulang sekolah, apakah dia langsung masuk kamar dan tutup pintu atau dia antusias bercerita tentang sekolahnya. Kalau misalnya pulang sekolah tampak suntuk, mungkin sekolahnya enggak pas dengan kebutuhan anak atau anak belum siap sekolah. Dalam hal ini orangtua mesti peka.
Apa saran Anda kepada orangtua untuk memilih sekolah yang pas buat anak?
Sesuaikan antara kemampuan dan minat anak dengan kondisi sekolah. Misalnya ada anak yang tidak bisa duduk diam, bukan hiperaktif tapi anak ini memang tingkat eksplorasinya tinggi. Saya sarankan misalnya saja untuk masuk sekolah alam.
Contoh lain untuk tipe anak yang suka nanya terus, berarti kita harus mencari sekolah yang bisa menampung keinginan anak untuk bertanya. Otomatis kita enggak mungkin mencari sekolah yang satu kelas jumlahnya 40 anak. Kita cari kelas yang jumlahnya 10-15 anak. Jumlah siswa yang sedikit memungkinkan anak lebih bisa berinteraksi dengan guru.
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR