Jangan buru-buru menuduhnya berbohong karena ia memang tak bermaksud begitu. Ia cuma ingin diakui oleh lingkungannya.
Bapak-Ibu, bila si Upik atau si Buyung bercerita bahwa dia punya teman dekat di "sekolah"nya, misal, "Bunda, di 'sekolah' aku punya teman. Baiiik sekali, deh, sama aku. Malah, dia hanya mau main dengan aku saja. Ke mana juga aku pergi, pasti dia ikut terus.", sebaiknya jangan senang dulu. Jangan pula langsung ambil kesimpulan bahwa anak kita pandai bersosialisasi dan punya teman akrab.
Pasalnya, bisa jadi ceritanya itu hanya khayalannya semata. Maksudnya, ketika kita datang ke "sekolah" si kecil, ternyata kita tak melihat kedekatan seperti yang dipaparkan si kecil. Bahkan, tanda-tanda kedekatan antara dirinya dan si teman pun tak tampak sekali, "Lah, katanya dekat, tapi, kok, sepertinya anakku dan si Niken enggak kenal-kenal amat. Cuma hapal muka saja." Hingga, kita pun jadi bertanya-tanya sendiri, "Ada apa dengan anakku? Kenapa dia seperti itu?"
DORONGAN DAYA IMAJINASI
Perlu diketahui, di usia prasekolah, anak belum sampai pada taraf mencari sahabat atau teman dekat, sekalipun memang sedang dalam masanya mencari teman. Sebab, papar Zamralita, M.M., Psi., di usia prasekolah, anak belum tahu arti persahabatan dan bersahabat itu seperti apa. "Yang dia tahu, hanya teman yang sering main dengannya." Ia pun lagi senang-senangnya menceritakan mengenai teman-temannya itu." Misal, "Bunda, tadi teman-temanku pulang "sekolah" main ke rumah, kami main rumah-rumahan dan masak-masakan. Seru, deh."
Dengan demikian, bila anak sampai bercerita bahwa dia punya teman dekat padahal kenyataannya tak demikian, jelas Pudek II Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta, yang akrab disapa Lita ini, bisa jadi karena dorongan daya imajinasi anak yang sedang berkembang. "Bisa saja itu ekspresi anak tentang keinginannya untuk berteman dengan seseorang yang dia sebutkan atau diakui. Sekalipun pada kenyataannya anak yang dia akui sebagai teman dekat itu, kenal juga tidak pada anak kita." Boleh dibilang, ucapan anak yang mengaku punya teman dekat itu, cuma bentukan anak dalam imajinasinya.
TAK BERANI KENALAN
Biasanya, anak yang diakui sebagai teman dekat adalah anak-anak yang populer di kelas atau "sekolah"nya. Bukankah walau di TK atau preschool, pasti ada juga anak-anak yang populer di antara teman-temannya? Entah karena si anak cantik, baik, atau lainnya. Yang pasti, anak itu disukai oleh banyak teman maupun gurunya.
"Nah, anak kita yang tergolong biasa-biasa saja ingin berteman dengan si anak yang populer itu." Namun, karena si kecil mungkin tak terlalu kenal dengan si anak populer itu atau dia tak berani untuk kenalan, akhirnya dia memilih si anak populer itu menjadi teman dekatnya hanya di dalam imajinasinya.
Alhasil, ia pun "berbohong" kepada kita tentang "pertemanan" mereka sesuai apa yang dia inginkan atau dia bentuk dalam imajinasinya. Tapi, "berbohong"nya itu bukan bertujuan jelek, lo. Karena anak usia ini masih sangat murni dan belum mengenal makna berbohong sesungguhnya.
Anak "berbohong" seperti itu sebagai wujud kebutuhan atau keinginannya, yaitu ingin bisa bersosialisasi dan diakui oleh lingkungan sekolahnya. "Bisa saja dia ingin populer, ingin punya teman banyak, disayang guru." Pokoknya, anak berbuat seperti itu karena mempunyai harapan yang dipendam dan ingin diwujudkannya. Hanya saja dia tak berani dan tak bisa melakukannya.
INGIN DIAKUI LINGKUNGAN
KOMENTAR