Masa-masa bayi merupakan masa "keemasan" orangtua sebab anak masih "rela" dicium dan dipeluk. Lagipula siapa yang tak tergoda menciumi dan memeluk bayi berpipi bulat, hidung mungil, rambut tipis kemerah-merahan, dan wanginya yang khas? Namun, seiring pertambahan usia, anak-anak usia prasekolah atau TK pun bisa berubah. Bahkan, tak jarang ada yang menolak sampai meronta ketika Si Ibu berniat memeluk.
Ingin Mandiri
Biasanya, anak lelaki lebih cepat menolak pelukan orangtua dibanding anak perempuan. Mengelak dari ciuman atau dekapan Sang Mama acapkali merupakan sebuah cara anak untuk memberitahu kepada lingkungannya bahwa mereka tak lagi selalu berada di ketiak Sang Ibu.
Atau, bisa jadi Si Anak ingin menunjukkan bahwa mereka sudah mulai independen. Bagi sebagian anak laki-laki, menolak pelukan atau ciuman Sang Ibu juga merupakan cara untuk mengatasi pengaruh kuat Sang Ibu terhadap mereka.
Tak jarang, orangtua pun jadi "sakit hati" karena merasa ditolak. Padahal orangtua justru harus lebih bijak dan paham kenapa anak menolak dicium atau dipeluk. Tak perlu lantas menghardik atau menginterogasi anak. Apalagi bersikap lebay dengan mengiba-iba meminta supaya Si Kecil mau dipeluk. Tindakan ini justru akan membuat Si Kecil merasa bersalah, sementara belum tentu mereka akhirnya menyerah dan mau dipeluk oleh ibu atau ayah mereka.
Orangtua juga sebaiknya tak perlu menganggap penolakan ini sebagai hal yang serius dan menyakitkan. Anak-anak tidak sedang menolak Anda, kok. Bisa jadi anak tengah menolak kebebasan fisiknya dibatasi. Sebab bagi anak-anak, pelukan maupun ciuman tak cuma mengganggu aktivitas mereka, tetapi juga menyita kontrol dan otonomi yang mereka punyai. Ingat, hanya karena anak terlihat tidak welcome terhadap bentuk-bentuk perhatian orangtua, tidak berarti mereka tidak membutuhkan kehadiran orangtua.
Lima Cara Lain
Fase ini memang akan berakhir seiring waktu. Nah, untuk sementara, ganti pelukan dan ciuman dengan cara lain yang sesuai dengan kebutuhan anak.
1 Beri sentuhan kecil
Ada tipe anak-anak yang ternyata memang tidak "menyukai" pelukan erat atau ciuman yang dalam dan lama. Ada juga anak-anak yang memang sensitif terhadap sentuhan (touch-sensitive), yang bisa jadi memang tidak terlalu bisa menerima perhatian fisik yang berlebihan seperti pelukan yang sangat erat tadi. Mereka akan lebih bisa menerima sentuhan yang ringan dan tidak terlalu lama. Misalnya, pelukan di bahu atau sentuhan di pipi. Sentuhan ringan ini juga tidak membatasi independensi anak-anak tersebut.
2 Sentuhan macho
Kebalikan dari anak yang sensitif terhadap pelukan atau sentuhan (touch-sensitive), ada pula tipe anak-anak yang justru maunya dipeluk erat-erat, bahkan dengan pelukan kencang. Mereka lebih suka kontak fisik yang macho. Pelukan semacam ini justru membuat mereka senang. Tapi hati-hati, jangan terlalu bersemangat sehingga malah mencederai anak.
3 Pilih waktu yang tepat
Persoalan waktu juga memegang peran penting supaya anak rela dipeluk. Anak biasanya lebih terbuka pada pelukan orangtua sebelum atau setelah tidur siang, pada saat berangkat tidur, ketika mereka mengalami kecelakaan (terjatuh), saat sedang sedih, atau takut. Lagi-lagi, orangtua harus peka dan tahu kapan Si Kecil sedang "in the mood".
4 Biarkan anak memberi lampu hijau
Bisa dimaklumi jika orangtua merasa ditolak ketika Si Kecil tak mau lagi dipeluk atau dicium. Tapi, sebaiknya jangan memaksakan diri karena pada fase ini anak tengah membentuk dirinya. Jadi, bersabarlah sampai anak memberikan lampu hijau untuk dipeluk. Atau sebaliknya, lampu merah pada saat mereka sedang ogah dipeluk.
KOMENTAR