Tabloidnova.com - Kini semakin tumbuh jumlah komunitas yang dinamakan The Rat Tribe atau Suku Tikus di Beijing, Cina. Suku tikus yakni para kaum urban yang jumlahnya lebih dari satu juta jiwa, yang memilih tinggal di bawah tanah sebagai rumah mereka, demi menghindari harga properti yang kian melangit
Seperti halnya kota-kota besar di berbagai negara, Beijing menjadi kota impian bagi warga Cina yang tinggal di pedesaan. Mereka berharap, dengan pindah ke kota besar dapat mewujudkan mimpi-mimpi mereka.
Sayangnya, setelah mereka hijrah dan 'terperangkap' di Beijing, ternyata biaya hidup di kota ini tidaklah murah. Jangankan untuk membeli rumah tinggal, membeli makanan dan kebutuhan pokok sehari-hari saja harus bersusah payah.
Maka, jawaban paling realistis bagi mereka untuk tetap bertahan hidup di Beijing adalah dengan memilih tinggal di bawah tanah! Mereka inilah yang kemudian oleh pengamat sosial di Negeri Tirai Bambu ini disebut sebagai Suku Tikus. Disebut demikian karena mereka memang mirip dengan hewan pengerat yang tinggal di gorong-gorong, yang dalam hal ini disebut sebagai Rat Tribe Beijing.
Kaum urban ini membangun rumah-rumah petak di dalam bungker, tepat di bawah permukaan kota terbesar kedua di Cina yang super ramai itu. Jumlah komunitas warga Suku TIkus ini pun tak main-main, telah mencapai lebih dari satu juta orang. Bahkan bisa jadi akan terus bertambah seiring waktu.
Mereka yang menempati sepetak ruang yang dijadikan tempat tinggal sempit ini pun ternyata harus tetap membayar uang sewa per bulan sebesar minimal 300 yuan (setara dengan 48 dolar AS atau sekitar Rp500 ribu).
Berdasarkan sejarahnya, struktur bangunan rat tribe Beijing alias bungker di bawah tanah ini ternyata sudah ada sejak tahun 1969 atau saat Cina masih di bawa pemerintahan Mao selama masa Perang Dingin. Kala itu, lantaran khawatir mendapat serangan dari Soviet, warga kota diperintahkan untuk mempersiapkan langkah keamanan dengan membangun bungker. Ada sekitar 20 ribu tempat penampungan bom kemudian digali.
Selanjutnya, ketika Mao meninggal dunia dan Deng Xiaoping menggantikannya, taktik defensif yang dilancarkan Mao seolah menjadi sia-sia. Hingga akhirnya struktur bangunan yang telah digali untuk menampung persediaan senjata dan bom menjadi bangunan tak bertuan.
Maka, tak mengherankan bila saat ini bungker tersebut dimanfaatkan oleh ratusan para wirausahawan untuk menyediakan ruang sewa untuk tinggal bagi lebih dari satu juta warga Cina di Beijing yang tak sanggup membeli properti di atas tanah yang harganya tak lagi terjamah warga kebanyakan.
Intan Y. Septiani/Tabloidnova.com
SUMBER: DAILY MAIL
KOMENTAR