Setelah diteliti, ternyata Si Pasien ini setiap harinya hidup dalam kondisi stres. Kata Suzanne Steinbaum, MD, seorang ahli jantung di Lenox Hill Hospital, New York, secara fisik stres menyebabkan penyakit jantung dan banyak orang tidak tidak menyadari hal itu.
Beberapa studi telah menghubungkan stres, ketegangan kerja, dan demoralisasi umum lainnya untuk mencari tahu risiko yang lebih besar dari penyakit jantung. Meskipun demikian, hal-hal itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan faktor gaya hidup manusia, seperti merokok misalnya.
Berdampak Peradangan
Stres memicu peningkatan kortisol, yakni hormon stres yang dapat meningkatkan kadar gula darah dan tekanan darah. Kelebihan kortisol dapat menyebabkan zat kimiawi ini "bergairah" dan kemudian menyebabkan serangan jantung.
Sebuah studi di Belgia menemukan, mereka yang memiliki sedikit kontrol (emosi, Red.) pada kehidupan pekerjaannya akan mengalami peningkatan kadar tanda peradangan, seperti C-reactive protein dan fibrinogen, yang terkait dengan penyakit jantung.
Jika ini terjadi pada Anda, berarti Anda memerlukan rencana tindakan untuk mengatasi situasi stres.
Belajar mengubah respons terhadap stres
Anda dapat mengubah kerangka situasi dan mengambil waktu untuk bersantai dan bernapas. Itu dapat mengubah situasi "stres" menjadi situasi "kurang stres". Setiap orang memiliki stres, tapi jangan bereaksi dengan internalisasi itu.
Si Pasien Scripps Green Hospital, California, tadi melakukan kesalahan itu. Ketika ia stres, ia akan marah pada segala sesuatu dan semua orang. Ia juga menahan amarahnya dengan sangat dalam dan tidak menunjukkannya kepada orang lain.
Anda juga bisa belajar bagaimana bermeditasi dan menenangkan pikiran untuk mengendalikan stres Anda. Selamat mengendalikan stres, ya.
Ester Sondang
KOMENTAR