Banyak yang percaya panjang dan berat bayi sewaktu lahir menentukan apakah nantinya ia tumbuh tinggi besar atau tidak. Benarkah demikian?
Ternyata, itu semua cuma mitos! "Meski lahir sebagai bayi besar, tapi jika di bulan-bulan selanjutnya kurang mendapat asupan makanan yang cukup, pertumbuhannya malah bisa kalah dari yang lahir cuma 2.500 gram tapi gizinya bagus," kata Dr. Rini Sekartini, Sp.A.
Mitos-mitos tentang pertumbuhan fisik bayi, tambahnya, sebenarnya tak dapat dibuktikan secara medis. "Sama seperti halnya kalau lahir kulitnya berwarna merah, nanti setelah besar, bakal mempunyai kulit berwarna gelap. Padahal, apakah bakal berkulit hitam atau putih, tergantung dari pigmen kulit si bayi sendiri, ditambah faktor genetik dari bapak dan ibunya."
Secara medis, yang menentukan berat dan tinggi anak ke depannya dipengaruhi dua hal, yaitu faktor genetik dan lingkungan. Genetik misalnya, kalau bapak-ibunya memang mungil, kemungkinan besar anaknya juga tidak jangkung sekali. Meski bisa lebih tinggi daripada orang tuanya, tetap ada maksimalnya.
Sedangkan yang dimaksud lingkungan yaitu ketersediaan kebutuhan dasar bayi atau nutrisi, stimulasi, sandang, pangan, perawatan dan imunisasi. Contohnya, bayi yang lahir prematur belum tentu tak bisa tumbuh normal seperti bayi-bayi lain yang lahir cukup bulan. Jika orang tua selalu mencukupi kebutuhan pokoknya tadi, serta menjaga dan merawatnya dengan baik, maka di usia satu tahun, tinggi dan beratnya bisa menyamai bayi yang lahir normal. "Jadi, lingkungan memang berpotensi besar dalam memberi sumbangan terhadap tumbuh kembang bayi agar berkembang optimal!" tandas Rini.
Ditanya tentang mana lebih besar pengaruhnya antara genetik dan lingkungan, Rini lalu memberikan contoh tentang dua bayi kembar dari satu telur. "Secara genetik, jelas mereka sama. Berat waktu lahir dan panjangnya sama. Tapi kemudian dipisahkan dalam lingkungan berbeda. Ternyata setelah beberapa tahun, kelihatan hasilnya memang berbeda, baik secara fisik maupun kecerdasan."
Kesimpulannya, faktor lingkungan memang lebih berpengaruh. Tentunya lingkungan yang memberikan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan bayi hasilnya pasti lebih optimal dibandingkan lingkungan yang kurang memperhatikan gizi, perawatan, stimulasi, dan lain-lain kebutuhan bayi.
Kini semakin jelas, bagaimanapun kondisi si kecil ketika lahir tak bisa dijadikan acuan untuk memastikan pertumbuhan fisiknya kelak. Jadi jangan kecil hati jika si buah hati lahir prematur. Ia tetap berpotensi untuk menjadi bayi yang tumbuh normal. Yang penting, sediakan lingkungan yang memadai untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
PANTAU SETIAP BULAN
Sebetulnya kita bisa dengan mudah melihat potensi pertumbuhan fisik bayi bila sejak lahir ia sudah rutin dibawa ke dokter. Bukankah saat kontrol ke dokter setiap bulan, bayi akan dipantau panjang dan berat badannya, juga lingkar kepalanya? Dari situ bisa ketahuan, apakah pertumbuhannya sesuai dengan pertambahan umurnya. "Bila tak sesuai, tentu dokter akan menyarankan asupan gizi dan stimulai yang mencukupi untuk berkembang sesuai umurnya," bilang Rini.
Sebaliknya, kalau dalam perkembangannya bayi menjadi sangat gemuk yang tidak sesuai usianya, dokter akan mencurigai ada penyakit-penyakit lain yang menyertai, seperti diabetes atau penyakit yang mempengaruhi metabolismenya sehingga terjadi obesitas.
Bayi yang sehat secara fisik dan mental sudah bisa disiapkan sejak di kandungan. "Begitu ketahuan hamil, ibu sudah harus mendapat asupan gizi yang lengkap dan sehat untuk perkembangan janinnya," kata Rini.
KOMENTAR