Masalahnya, semua ajaran itu bersifat abstrak sedangkan pola pikir anak usia prasekolah masih konkret operasional. Untungnya masalah ini tidak menjadi hambatan. Seperti kata Fitriani F. Syahrul M.Si., anak memiliki kemampuan yang menakjubkan untuk menangkap, mencerna, dan memahami itu semua secara bertahap.
Lagi pula, usia prasekolah adalah masa yang tepat untuk memupuk berbagai kebiasaan, termasuk beribadah. Diharapkan, di usia sekolah dan remaja nanti, orangtua tidak terlalu repot membujuk-bujuk anak untuk menjalankan puasa. "Jadi prinsipnya, semakin awal dikenalkan akan semakin diserap oleh anak. Hasilnya akan semakin baik pula bagi anak, karena di usia selanjutnya ia dapat memahami hal tersebut dengan lebih baik. Selain juga dapat menghindari masukan yang salah tentang hal ini dari orang lain," beber pemilik dan psikolog Sekolah Lentera Insan, Depok, Jawa Barat ini.
MEMORI BAIK TENTANG RAMADAN
Menurut Fitriani, untuk anak usia prasekolah yang paling utama dan terpenting diberikan adalah penanaman memori-memori yang baik tentang bulan Ramadan. Jangan buru-buru mengaitkannya dengan penghapusan dosa. Juga, hindari anak mendapatkan kesan bulan Ramadan itu adalah bulan penyiksaan atau penderitaan.
Jadikan hari-hari di bulan Ramadan ini sebagai sesuatu yang sangat menyenangkan. Ciptakan suasana yang berbeda dari bulan-bulan lainnya, supaya anak turut merasakan bahwa bulan Ramadan adalah bulan spesial yang selayaknya disambut gembira.
Bagaimana caranya? Gunakan pendekatan secara fisik. Contohnya, menghias rumah, membuat acara bersama selama bulan Ramadan, membuat bingkisan yang bisa juga kita jadikan hadiah untuk anak, dan lainnya. Supaya anak makin senang dengan tibanya bulan Ramadan, ajak ia untuk membuat hidangan berbuka, dari berbelanja bahannya sampai penyajiannya di meja. Anak pasti merasa seru jika dilibatkan mensyukuri
KENALKAN IBADAH-IBADAH LAINNYA
Orangtua perlu juga menanamkan sekaligus memberi tahu anak tentang ibadah-ibadah lain khas bulan Ramadan. Caranya, kata Fitriani, dengan mengajak anak merasakan dan mencoba secara langsung.
Salat Tarawih
Jelaskan pada anak bahwa salat Tarawih adalah salat malam yang cuma ada di bulan suci Ramadan. "Jadi Nak, sayang sekali kalau kita tidak melakukannya," misal.
Karena anak usia ini sudah bisa diberi pengertian, maka sebelum mengajaknya salat Tarawih di mesjid, bisiki dulu, "Nanti di mesjid kita Tarawih, tapi tidak boleh teriak-teriak dan lari-lari, ya."
Biasanya Tarawih di mesjid menyenangkan bagi anak, selain ramai juga banyak temannya. Karena itu, kita boleh memberikan sanksi bila anak melakukan pelanggaran. Misalnya, tidak akan diajak ke mesjid lagi.
Berbuka puasa
Orangtua sebisa mungkin berbuka di rumah. Jadikan acara berbuka puasa sebagai acara makan berjamaah. Di sini anak akan mendapatkan sensasi dan suasana yang lain lagi, "Asyik ya. Buka puasa makanannya enak. Sama-sama lagi," misalnya.
Salat berjamaah
Setiap waktu salat tiba dan kebetulan orangtua berada di rumah, jangan lupa mengajak si kecil. Sekalipun salatnya masih ngawur atau malah dia cuma guling-guling, tak masalah. Yang terpenting, kita bisa membuat suasana yang dapat dirasakan oleh anak secara nyata semisal, "Bulan Ramadan itu asyik, kumpul dan sama-sama terus."
Tadarus atau membaca Alquran bersama-sam
Baik sekali jika meluangkan waktu untuk mengajari anak setelah atau sebelum orangtua mengaji. Tadarus dengan anak jauh lebih seru dan mengena jika dilakukan sambil bermain, mewarnai huruf hijaiyah, membuat huruf hijaiyah lalu digunting dan ditempel, atau menghafal surat-surat pendek. Alangkah baiknya lagi jika acara tadarus diselipi dengan cerita mengenai kebajikan nabi dan rasul.
Gazali
KOMENTAR