"Luar biasa anak-anak ini. Awalnya saya pikir mereka sedih, ternyata dengan bantuan para relawan yang menghibur anak-anak, mereka begitu bergembira, tertawa, senyum dan ikut bermain" ujar Meyda saat acara bertajuk Berbagi Cahaya Peduli yang digelar Wardah dan ACT.
"Dari kecil saya kebetulan suka dengan anak-anak, bahkan saya juga mengurus keponakan saya yang masih anak-anak juga. Kita harus menghujani mereka dengan kepedulian. Karena bencana ini milik semua, peluang baik buat kita semua. Jangan sampai dilewatkan. Berapapun yang diberikan, semoga bisa bermanfaat untuk mereka," ungkap Meyda.
Hal yang sama diungkap psikolog anak, Seto Mulyadi. Pria yang akrab disapa Kak Seto ini berharap terdapat tempat pengungsian yang ramah anak. Pasalnya, kata dia, kondisi anak di posko pengungsian sudah sangat terluka.
Program seperti Trauma Healing di posko pengungsian, kata dia, sedikit banyak dapat membantu anak-anak agar keluar dari kejenuhan yang dialami selama bencana. Salah satu caranya adalah dengan bercerita atau mendongeng.
"Saya harap anak-anak harus mendapat makanan yang sehat dan mendengar hiburan dari para pendongeng misalnya. Hal ini dilakukan agar kesedihan mereka cepat terobati" kata Kak Seto ketika berkunjung ke posko pengungsian ACT di Kampus Binawan, Kalibata, Jakarta Timur, Minggu (2/2) sore.
Di tempat berbeda, Ahyudin, Presiden ACT, meminta agar seluruh elemen bergerak bersama membantu para korban bencana. "ACT sendiri tidak punya banyak personil. Tetapi relawan ACT yang tergabung dalam Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) banyak di kota yang rawan bencana. Kesiapsiagaan masyarakat sipil di setiap daerah perlu ditingkatkan," tutupnya.
Edwin
KOMENTAR