Tabloidnova.com - Siapa pun yang mengetahui peristiwa yang menimpa siswa SMP kelas 2, Rangga Arman Kusuma (14), pada pekan lalu, tentu akan merasa terenyuh sekaligus miris.
Remaja berkaca mata yang pada pekan lalu diketahui bunuh diri di dalam lemari itu ditengarai menderita depresi akibat perceraian orangtuanya. Ia kemudian melarutkan diri pada buku bacaan jenis manga (komik Jepang) bertema kematian, yang menganggap bunuh diri lebih terhormat ketimbang menanggung beban berat dalam dirinya.
(Baca juga: Diduga Kurang Kasih Sayang, Rangga Nekat Gantung Diri di Dalam Lemari)
Psikolog, Head of Research, dan dosen dari Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung, Efnie Indrianie, M.Psi., mengatakan, usia Rangga merupakan usia sosial yang sedang sangat memerhatikan dirinya.
"Anak usia remaja (10-15 tahun) butuh role model. Dalam usia ini, anak sedang memasuki fase di mana ia sedang menentukan prinsip-prinsip dalam dirinya," kata Efnie. Dalam proses pembentukan prinsip-prinsip ini, lanjut Efnie, anak remaja biasanya mengambil banyak referensi dari luar dirinya. Di antaranya, buku-buku yang menjadi bahan bacaannya.
"Buku bacaan yang biasa dilahap anak remaja terus-menerus tentu akan mempengaruhi cara berpikirnya. Ia juga akan mulai mencari hal-hal yang berbeda dari apa yang ia dapat di usia kanak-kanaknya. Sementara itu, anak usia remaja mulai memiliki fungsi analitis yang matang ketimbang usia sebelumnya," papar Efnie.
Tak heran bila kemudian anak remaja menjadikan buku yang dibacanya sebagai pedoman dalam kehidupannya. "Jika anak remaja banyak membaca buku bertema motivasi yang positif, ia akan cenderung menyerap nilai-nilai baik dari buku yang dibacanya. Misalnya, anak jadi lebih berprestasi."
Sebaliknya, kata Efnie, buku bacaan yang mengandung filosofi mendalam bahwa kematian, bunuh diri, atau harakiri dianggap sebagai cara lebih terhormat ketimbang hidup dalam kesedihan, juga dapat memengaruhi cara berpikir anak remaja yang membacanya. Atau dengan kata lain, buku itu telah menginternalisasi diri si anak remaja.
"Bacaan yang menginternalisasi diri anak remaja ini selanjutnya akan menjadi landasan berpikir untuk melakukan hal-hal yang dianggap mampu menyelesaikan masalah-masalah dalam dirinya."
Apalagi, kata Efnie, bila sebelum larut dalam buku-buku bacaannya itu, Rangga ternyata telah lebih dulu memiliki masalah berat dalam kehidupannya. Yang diakibatkan oleh perceraian orangtuanya sehingga akhirnya ia harus tinggal bersama nenek dan tantenya.
"Pada remaja yang sedang berada dalam usia sosial atau fase pembentukan prinsip-prinsip bagi hidupnya, akan cenderung melakukan hal-hal yang telah dijadikan pedomannya. Salah satunya dari buku tadi, baik ada latar belakang masalah atau pun tidak dalam dirinya," terang Efnie.
Sehingga, menurut Efnie, buku-buku yang dibaca oleh Rangga bisa jadi bukan hanya sekadar pemicu, melainkan telah memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk memotivasi dirinya melakukan bunuh diri yang dianggap akan membuatnya lebih terhormat dan membawa kedamaian.
Intan Y. Septiani/Tabloidnova.com
KOMENTAR