Jelas, kan, jamu atau obat tradisonal oke-oke saja untuk si kecil? Tapi seperti dituturkan Hembing, Sudarto, dan Ketut, hindari pemberian jamu bersamaan dengan obat farmasi. "Kalau kombinasinya dengan vitamin, boleh saja. Tapi untuk penyakit panas, misalnya, pilih salah satu saja," saran Sudarto.
Yang boleh dilakukan, jelas Ketut, misalnya memberi obat farmakologi untuk anak panas, sementara tubuh dibalur obat tradisonal. "Kalau kombinasinya seperti itu, boleh. Atau beri jeda waktu 1-2 jam jika ingin mengkombinasikan obat farmakologi dan tradisional."
Perhatikan pula cara pemakaiannya. "Kalau obat farmakologi, kan, jelas aturannya." Yang jelas, lanjut Ketut, khasiat manfaat obat tradisional akan maksimal jika bahan dipetik dan diolah dengan benar. Lokasi dan media tanam juga mempengaruhi kualitas kandungan zat di dalamnya. "Misalnya, kandungan jahe yang ditanam di daerah pegunungan dengan dataran rendah, sangat berbeda. Jadi, ini pun perlu diperhatikan."
Seperti halnya Hembing, Ketut juga menekankan bahwa kita harus benar-benar memperhatikan proses pembuatan obat tradisional. Bahan harus dicuci bersih dengan air matang. "Kalau proses pembuatannya tak bersih, bukan khasiat yang kita dapat, melainkan penyakit."
Ketut juga mengingatkan, jamu yang dibuat dengan tidak memperhatikan faktor kebersihan, akan cepat basi dan berjamur. "Kalau bersih, maksimal jamu bisa tahan 3 hari." Tentu saja jika jamu itu dibuat dari bahan yang masih segar sehingga enzim-enzim yang dikandungnya belum rusak atau menguap. Tentang jamu atau obat tradisonal buatan pabrik, yang harus diperhatikan saat membeli adalah kemasannya. "Pilih yang dilapisi dengan alumunium foil. Soalnya, kalau kemasannya gampang rusak, berbahaya untuk kesehatan."
Indah
KOMENTAR