Mitos 1: Alergi makanan umum dialami anak-anak.
Fakta: Berbagai studi mengungkapkan kalau total anak yang menderita alergi sekitar 6 persen, sementara orang dewasa sekitar 2 persen. Alergi makanan merupakan reaksi yang dipicu oleh sistem imun sebagai bagian tubuh yang bertugas melawan infeksi. Ada lagi yang disebut intoleransi, dimana penderita mengalami sejumlah kondisi tak menyenangkan yang dipicu oleh makanan, tapi tidak terkait dengan sistem imun tubuhnya.
Mitos 2: Alergi susu juga dialami oleh kalangan dewasa.
Fakta: Kebanyakan anak berhasil mengatasi masalah alergi di usia 2 atau 3 tahun yang ditandai bintik-bintik merah disertai rasa gatal, muntah ataupun gangguan pernapasan setelah mengonsumsi produk susu dan turunannya.
Sebagian orang dewasa mungkin menunjukkan kemiripan gejala yang dialami anak-anak yang menderita alergi susu, namun ini lebih tepat disebut intoleransi terhadap laktosa. Gejalanya antara lain perasaan kembung, mual akibat timbunan gas, diare, bahkan kejang.
Mitos 3: Umumnya orang alergi terhadap makanan yang mengandung zat-zat aditif.
Fakta: Meski hasil penelitian menunjukkan beberapa zat yang ditambahkan pada makanan, seperti tartrazine (pewarna makanan warna kuning) dan aspartam (pemanis buatan), merupakan penyebab utama munculnya reaksi alergi, ada juga sejumlah makanan alami yang menjadi pemicu utama reaksi alergi.
Mitos 4: Alergi makanan bisa diderita seumur hidup ataupun hanya semasa tumbuh kembang.
Fakta: Di usia pertumbuhan anak-anak biasanya alergi terhadap susu, telur, ataupun produk makanan yang terbuat dari gandum dan kedelai. Namun saat bertambah besar, jarang sekali mereka alergi juga terhadap kacang-kacangan, ikan dan kerang.
Mitos 5: Alergi makanan tidak membahayakan.
Fakta: Alergi makanan bisa berakibat fatal bila sampai menyebabkan reaksi yang disebut dengan anaphylaxis (sulit bernapas).
KOMENTAR