Berdasarkan penelitian, 20 - 50% wisatawan internasional atau sekitar 10 juta orang pertahun menderita diare ketika sedang dalam perjalanan. Biasanya TD terjadi dalam minggu pertama perjalanan dan dapat terjadi kapan saja selama perjalanan bahkan hingga saat kembali ke rumah.
Beberapa orang beranggapan jika gangguan ini disebabkan faktor tempat tujuan perjalanan yang berisiko. Selain itu, beberapa orang termasuk anak-anak, penderita imunosupresi, penderita radang usus, penderita diabetes dan pengonsumsi obat-obatan antasida maupun H-2 blocker. Serangan TD berpeluang sama antara laki-laki dengan wanita, namun disinyalir penyebab utamanya adalah makanan dan air yang terkontaminasi kuman.
Gejala Diare Perjalanan
Kebanyakan kasus TD terjadi secara tiba-tiba. Ditandai dengan peningkatan frekuensi, volume, berat dan konsistensi kotoran. Umumnya, para pelaku perjalanan mengalami 4 hingga 5 kali buang air besar atau berak berair setiap hari.
Gejala lain yang dapat menyertai diantaranya mual, muntah, diare, kram perut, kembung, demam, sebah dan tak enak badan.
Pada kasus ringan, TD akan sembuh dengan sendirinya dalam 1 hingga 2 hari tanpa mengonsumsi obat-obatan. Sedangkan pada kasus yang cukup berat akan sembuh dalam waktu 1 minggu atau 1 bulan. Kendati demikian, TD dianggap tak mengancam jiwa.
Apa Penyebabnya?
Penyebab utama TD adalah agen infeksi atau kuman. Beberapa bakteri seperti bakteri entero patogen (salah satunya escherichia coli) adalah penyebab sekitar 80% kasus TD. Bakteri E. Coli menyebabkan diare berair disertai gejala kram dan demam ringan. Kendati tak selalu disertai gejala tersebut. Selain bakteri entero patogen penyebab lain seperti enterik virus dan parasit juga merupakan penyebab potensial.
Cegah Sebelum Terjadi
Agar tak mengganggu perjalanan dan timbul kekhawatiran pasca perjalanan jauh, berikut beberapa langkah efektif mencegah TD sebelum terjangkit.
- Hindari makan makanan atau minuman yang dibeli dari pedagang kaki lima atau produk dengan kondisi tidak higienis,
KOMENTAR