Anak-anak merupakan kelompok usia yang paling rentan diserang oleh nyamuk penyebab demam berdarah (DB). Apalagi puncak gigitan nyamuk Aedes Aegypti terjadi ketika pagi dan sore hari ketika anak-anak berada di sekolah dan di rumah, yaitu sekitar pukul 08.00 - 11.00 dan pukul 15.00 - 18.00. Maka bukan hanya rumah yang harus dijaga kebersihannya, tapi juga lingkungan di sekitar rumah atau sekolah yang sering dikunjungi anak-anak.
Oleh karena itu, Rezka Ilhmasyah, project manager Kampanye "Awas DB" mengatakan bahwa pencegahan DB membutuhkan keterlibatan beragam elemen masyarakat. "Banyak tempat umum yang juga harus dijaga kebersihannya. Sebagai contoh hari ini kami melakukan kerja bakti atas ide Zata Ligouw yang disertakan dalam kompetisi My Dengue Experience," tambahnya ketika ditemui dalam acara kerja bakti yang diadakan oleh Johnson Home Hygiene Products Indonesia di SD Islam Pondok Duta, Depok.
Di Depok sendiri, berdasarkan data Dinas Kesehatan di Kota Depok, selama tahun 2011 ditemukan 381 kasus demam berdarah. Sementara untuk tahun 2012, tercatat satu kasus kematian akibat demam berdarah. Untuk menekan angka tersebut, pemerintah Kota Depok menambah Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dan membuat program Jumat Bersih dan Sehat.
"Dengan penanaman cinta kebersihan sejak dini,maka perilaku hidup bersih akan semakin tertanam dan praktik pencegahan demam berdarah bisa dilakukan terus terutama di musim hujan dan banjir seperti sekarang," ujar Evita Hutapea SKM dari Dinas Kesehatan Kota Depok.
Dengan demikian, anak-anak diajarkan untuk peduli terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan sekolah demi proteksi diri menyeluruh terhadap demam berdarah. Pada kesempatan ini pula, Evita memberi tahu tempat-tempat yang rentan menjadi sarang nyamuk seperti tumpukan baju, genangan air di dalam sebatang bambu, genangan air yang tertinggal di ember, dan lain sebagainya. "Mengingat nyamuk Aedes Aegypti ini memiliki kemampuan bertelur tiap dua hari sekali, maka setiap hari kita harus waspada dan membiasakan diri menjaga kebersihan lingkungan," pungkas Evita.
Annelis Brilian
KOMENTAR