Adapun pasangan yang cocok, menurut "ilmu" yang berasal dari dataran Tiongkok dan sudah setua Kamasutra ini, adalah mereka yang setipe. Misal, wanita tipe kuda sangat cocok berpasangan dengan pria tipe kuda pula. Jika tipe binatangnya berbeda jauh atau malah bertolak belakang, akan banyak menemukan masalah dalam urusan seksual. Misal, wanita tipe kuda binal dengan pria imut-imut tipe kelinci. "Bisa-bisa si pria kalah set, dong," kelakar Ferryal.
Jadi, pasangan dengan tipe kontradiktif sama sekali enggak bisa "jalan bareng" alias tak cocok. Bila dipaksakan juga, rumah tangga mereka akan kerap diwarnai konflik akibat ketidaksesuaian tadi. Lain hal jika tipe binatangnya berbeda namun tak terlalu bertentangan dalam arti masih ada banyak kesamaannya, sehingga masih bisa saling berusaha untuk menyesuaikan diri. Misal, pria tipe kuda dengan wanita tipe sapi, atau tipe kambing dengan tipe kelinci.
Nah, sejauh mana kebenarannya, hanya Anda berdualah yang lebih mengetahuinya, ya, Bu-Pak. Lain hal bagi pasangan yang belum menikah, dari penggolongan yang konon sudah ada berabad-abad sebelum Masehi ini, bisa dijadikan sebagai salah satu patokan dalam menentukan calon pasangan hidup. Alasannya, "kita bisa memperkirakan seperti apa lawan jenis yang bakal cocok." Jadi, kalau sudah tahu diri Anda kira-kira termasuk tipe kelinci, misal, enggak usahlah mendambakan pasangan dari tipe kuda atau lembu. "Pertimbangannya, menjaga agar keseimbangan dalam kehidupan seksual Anda berdua bisa lebih bagus."
Kendati demikian, Ferryal juga mengingatkan agar berhati-hati dan tak mudah terkecoh semata-mata oleh penampilan atau bentuk tubuh. Soalnya, "terlalu riskan bila mengantisipasi cocok-tidaknya dan langgeng-tidaknya perkawinan hanya berdasarkan tampilan luar saja." Lagi pula, penggolongan ini juga tak berdasar pada data ilmiah sehingga peluang kebenarannya cuma 50 persen. Misal, pria tinggi besar atau tipe kuda menikah dengan wanita kecil mungil yang termasuk tipe kelinci, "nah, bisakah dipastikan rumah tangga mereka bakal bermasalah? Kan, belum tentu."
Pasalnya, kehidupan perkawinan tak hanya urusan seksual semata. Jadi, kalau ada masalah tetap harus dicari penyebabnya dari berbagai sudut pandang. Namun begitu, penggolongan tipe ini juga bukan sekadar just for fun belaka. "Maknanya, kan, masih bisa digali lebih jauh, meski mungkin nantinya hanya dipakai sebagai salah satu pertimbangan kecil." Paling tidak, dengan seseorang mengetahui dirinya termasuk tipe yang mana, diharapkan ia bisa menemukan kecocokan dengan melihat tipe calon pasangannya. Dengan demikian, keistimewaan dari tipe yang diwakilinya akan semakin terasa.
JANGAN MENGANDALKAN RAMALAN
Yang jelas, tandas Ferryal, dalam memilih calon pasangan hidup harus jauh lebih cermat dengan mempertimbangkan secara matang semua aspek yang ada, terutama aspek kepribadian. "Itulah pentingnya penjajakan melalui masa perkenalan yang berlanjut dengan masa pacaran, agar bisa mengorek lebih dalam bagaimana tabiatnya, kebiasaan, maupun pandangan hidupnya."
Dengan demikian, bila ada ketidakcocokan bisa segera dibicarakan untuk dicarikan solusinya sehingga masing-masing bisa menilai sosok idamannya tadi masih bisa dipertahankan atau tidak sebagai calon pasangannya. "Jadi, jangan gegabah langsung ngajak kawin hanya karena di awal pertemuan merasa sudah cocok atau semata-mata mengandalkan ramalan maupun penggolongan tipe tadi," pesan Ferryal. Kalau tidak, kemungkinan untuk bercerai akan jauh lebih besar dibanding pasangan yang lebih cermat "berhitung".
Memang, aku Ferryal, dalam urusan seks tak bisa dilakukan penjajakan dari jauh-jauh hari sebelumnya untuk menentukan cocok-tidaknya. Itulah mengapa, "banyak istri yang terkaget-kaget atau malah ketakutan setengah mati begitu mengetahui suaminya ternyata luar biasa 'ganas' di ranjang," ungkapnya. Namun bukan berarti tak ada solusinya, lo. "Langkah paling tepat untuk mengantisipasinya adalah kemauan melakukan konseling seks sebelum perkawinan." Begitu pun jika sudah terlanjur kawin baru sadar kalau ternyata enggak cocok, sebaiknya pasangan pergi berkonsultasi kepada ahlinya.
Julie/Th. Puspayanti
KONSELING PRANIKAH
KOMENTAR