Pendeknya, kita sering kena tegur mertua karena dianggap nggak ngerti selera suami, seolah-olah cuma beliaulah yang tahu persis anak lelakinya. Menurut Ieda, sikap mertua yang "sok tahu" ini disebabkan ia merasa yakin kenal betul siapa dan apa saja mengenai anaknya, karena sudah sekian lama anak lelakinya berada dalam asuhannya.
"Perasaan memiliki secara berlebihan pada diri mertua terhadap anak lelakinya merupakan salah satu pemicu utama konflik mertua-menantu," tuturnya. Toh, Ieda menganggap wajar perasaan tersebut.
"Wong, ibu, kok, yang mengandung, melahirkan, dan membesarkan anak." Sayangnya, orang sering lupa bahwa tugas orang tua cuma mendidik, membesarkan dan mengantarkan sekaligus melepaskan si anak memasuki rumah tangganya sendiri. Tentu saja, sangat tak adil bila harus menilai, membanding-bandingkan apalagi menghakimi menantu dengan kacamata mertua.
"Mertua sudah sekian lama bersama si anak, sementara menantu pendatang baru. Yang satu sudah kenal luar dalam, yang lainnya justru baru mulai kenal. Yang ini sudah harus melepaskan, yang itu baru mau menerima.
Pendek kata, yang satu sudah ahli, yang lain baru belajar. Jelas tak mungkin diperbandingkan, dong!" Seringkali mertua model ini juga bersikap sok tahu terhadap hal-hal lainnya, termasuk pengasuhan anak. Menantu dianggapnya sosok yang tak tahu dan tak bisa apa-apa. Semuanya serba salah di mata mertua. Konyolnya, mertua model ini cuma bisa menilai dan melecehkan tanpa pernah memberi kesempatan pada menantunya untuk belajar.
Padahal, menantu betul-betul butuh dukungan dan kesempatan untuk belajar membina rasa percaya diri menjadi seorang istri sekaligus ibu. Menurut Ieda, peran suami sebagai jembatan sekaligus kunci sangat menentukan pola penyelesaikan konflik mertua-menantu. Jika suami bilang pada istrinya, "Kamu, kok, gitu aja tersinggung? Ibu, kan, biasa ngomong begitu," maka istri akan merasa diabaikan. Jangan lupa, yang biasa buat mertua belum tentu biasa buat menantu.
Dari sisi menantu, saran Ieda, "cobalah berpegang teguh pada prinsip Anda. Jangan hiraukan kala ia melecehkan pola pengasuhan Anda, misalnya, selama Anda menganggap apa yang Anda lakukan itu yang terbaik buat anak."
11. TIPE MERTUA PENUH PENGERTIAN
Mertua begini, kata Ieda, harus dianggap sebagai karunia yang patut disyukuri. Saat suami tugas ke luar kota, misalnya, ia langsung menawarkan Anda dan anak-anak tinggal di rumahnya agar lebih "aman". Atau menyuruh Anda dan suami berlibur, "Biar anak-anak sama Ibu. Kalian senang-senanglah." Saat tahu Anda hamil, ia juga yang "heboh" duluan dengan menyiapkan segala keperluan si kecil hingga Anda tinggal terima beres saja.
Pendeknya, jika ia tahu kita butuh sesuatu, tahu-tahu kebutuhan itu dipenuhi. Asyik, kan? Kata Ieda, kita tak perlu risih atau berhutang budi sepanjang segala pemberiannya tulus sebagai ungkapan sayang terhadap keluarga anaknya. "Itulah berkah hidup bersaudara."
Jadi, sekalipun pemberiannya kurang berkenan di hati lantaran perbedaan selera, "Andalah yang mesti pandai-pandai menenggang rasa." Yang penting, jangan biarkan diri kita terlena oleh segala kebaikannya. Jangan sampai kita terjebak memanjakan keluarga dengan memanfaatkan kebaikannya.
Sebagai Tempat Penitipan Anak, misalnya. Mertua bukan babysitter buat si kecil Anda lo. "Ingat, anak, keluarga dan hidup Anda merupakan tanggung jawab Anda, bukan mertua Anda!"
Julie/Puspayanti
KOMENTAR